FENOMENA SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN(JAKARTA DAN SURABAYA)Sektor informal, khususnya di negara dunia ketiga seperti Indonesia, bagaimanapun juga tidak bisa diremehkan keberadaannya. Dengan kejelian dan kreativitas yang muncul dari para pelakunya, sektor informal memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap krisis. Dengan perputaran modal yang –jika diakumulasikan—sangat besar, hasil (keuntungan) yang didapatkannya relatif bisa terdistribusikan secara luas, serta dengan daya serap tenaga kerja yang tinggi, sektor informal sesungguhnya telah berperan sebagai penggerak utama roda perekonomian IndonesiaAda beberapa karakteristik yang dapat dikategorikan sebagai usaha sektor informal, di antaranya adalah sebagai berikut ini :a. Mudah untuk dimasuki;b. Bersandar pada sumber daya lokal;c. Usaha milik sendiri;d. Operasinya dalam skala kecil;e. Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif;f. Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal;g. Tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.Fenomena sektor informal di Indonesia, memang bukan hal baru. Namun, hal penting yang patut dicermati adalah geliat mereka yang tak pernah padam. Selama ini, sektor informal bahkan dianggap sebagai katup pengaman yang efektif bagi perekonomian masyarakat bawah untuk tetap survive menghadapi kesulitan hidup yang terus membelit mereka. Dengan kejelian dan daya kreatifnya, mereka mampu menciptakan lapangan pekerjaan--setidaknya bagi diri mereka sendiri-- yang tidak terduga. Siapa yang mengira, jasa ojek payung, semir sepatu, tukang patri, tukang angkut kayu, dan lain sebagainya dapat tetap bertahan di situasi dan kondisi dewasa ini.
economics things
iklan
Minggu, 01 Februari 2015
FENOMENA SEKTOR INFORMAL DI PERKOTAAN (JAKARTA DAN SURABAYA)
Selasa, 23 Desember 2014
REAL EXCHANGE RATE MISALIGNMENT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: STUDI KASUS ASEAN-5
REAL EXCHANGE RATE MISALIGNMENT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: STUDI KASUS ASEAN-5
HAZINDI
DAMAISTY
ABSTRACT
Real exchange rate misalignment has been an important
issue of economic literature. This paper uses Behavioral Equilibrium Exchange Rate (BEER) method
to identify misalignment episode of 4 Asean countries. The results show that
equilibrium exchange rate is affected by net foreign assets, real interest rate
differential and terms of trade.
As according to this research’s purpose, the estimation
result show there are no significant effect of real exchange rate misalignment
on ASEAN-4 countries’s economic growth. But,
the results show that exchange rate depreciation significantly has negative
effect on economic growth. The estimation results also show that gross fixed
capital formation significantly affects economic growth.
Keywords : Real Exchange Rate Misalignment, BEER, Economic Growth, VECM, Panel,
ASEAN-5
1.
Pendahuluan
Krisis keuangan Asia telah menjadi salah satu peristiwa ekonomi yang paling
serius dari ke empat gelombang krisis yang melanda pasar modal internasional
selama tahun 1990-an. Krisis yang dimulai dari perlambatan pertumbuhan ekonomi
pada tahun 1996 oleh semua negara di Asia kecuali Filipina ini menyebabkan
guncangan terhadap mata uang negara-negara di Asia. Runtuhnya baht Thailand
pada bulan juli 1997 memicu gelombang depresiasi dan penurunan pasar saham
negara-negara di Asia lainnya (Moreno, et al, 1998). Majid dan Yusoff (2004)
menyatakan bahwa salah satu penyebabnya adalah exchange rate misalignment yang meningkatkan kemungkinan serangan
spekulatif yang akhirnya menyebabkan krisis terjadi. Aguirre dan Calderon
(2005) juga menjelaskan bahwa exchange
rate misalignment adalah salah satu indikator kunci dalam mengidentifikasi
kerentanan suatu negara. Khususnya overvaluation
nilai tukar riil yang berkelanjutan merupakan indikator peringatan dini
atas kemungkinan terjadinya currency
crashes (Krugman, 1979; Frankel dan Rose 1996; Kaminsky dan Reinhart, 1999
dalam Aguirre dan Calderon, 2005)
Label:
asean,
asean 5,
BEER,
economic growth,
eviews,
exchange rate,
exchange rate misalignment,
journal,
jurnal,
misalignment,
panel,
pertumbuhan ekonomi,
skripsi,
stata,
vecm
Selasa, 15 April 2014
Review Literatur: Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) Terhadap Perekonomian Domestik
PENDAHULUAN
Globalisasi
perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana
negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kesatuan pasar yang semakin
terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial negara. Ketika globalisasi
ekonomi terjadi, batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara
ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi
perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri
ke pasar internasional secara kompetitif dan masuknya produk–produk global ke pasar domestik, hal ini juga
menimbulkan peluang masuknya investasi asing pada perekonomian domestik
Globalisasi dapat
berupa perdagangan antar Negara, migrasi para pekerja dan yang paling penting,
investasi asing. Investasi asing merupakan manifestasi terpenting dalam proses
globalisasi. Banyak Negara yang melakukan berbagai kebijakan untuk menarik
investor asing, dengan harapan dapat memberi pengaruh positif untuk
meningkatkan manfaat utama dari kenaikan pendapatan nasional. Dalam paper ini, penulis
mengkhususkan pada investasi asing yang berupa Foreign Direct Investment (FDI) oleh perusahaan multinasional (Multinational
Enterprises/ MNEs).
Menurut Krugman (1994), FDI
adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan/
memperluas perusahaannya di negara lain. Sedangkan menurut World Bank (2013), FDI adalah investasi langsung berupa net inflow dari jumlah modal, reinvestasi pendapatan, modal jangka panjang lainnya,
dan modal jangka pendek seperti yang ditunjukkan dalam neraca pembayaran/BoP oleh investor asing. Meningkatkan
FDI menjadi peran penting dalam pembangunan ekonomi setiap negara dan kebijakan
mengundang FDI merupakan salah satu cara sebuah negara khususnya negara sedang
berkembang untuk memenuhi kebutuhan akan teknologi dan modalnya. Di Indonesia, arus FDI yang masuk
relatif meningkat setiap tahun. Pada tahun 2008 jumlah aliran FDI yang masuk ke
Indonesia sebesar US$ 9.318.453.650 tetapi sempat menurun pada tahun 2009
sebesar US$ 4.877.369.178 karena adanya dampak dari krisis perekonomian dunia.
Namun arus FDI kembali meningkat tiap tahunnya hingga tahun 2012 mencapai US$
19.852,569.230.
Langganan:
Postingan (Atom)