PENDAHULUAN
Globalisasi
perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana
negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kesatuan pasar yang semakin
terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial negara. Ketika globalisasi
ekonomi terjadi, batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara
ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi
perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri
ke pasar internasional secara kompetitif dan masuknya produk–produk global ke pasar domestik, hal ini juga
menimbulkan peluang masuknya investasi asing pada perekonomian domestik
Globalisasi dapat
berupa perdagangan antar Negara, migrasi para pekerja dan yang paling penting,
investasi asing. Investasi asing merupakan manifestasi terpenting dalam proses
globalisasi. Banyak Negara yang melakukan berbagai kebijakan untuk menarik
investor asing, dengan harapan dapat memberi pengaruh positif untuk
meningkatkan manfaat utama dari kenaikan pendapatan nasional. Dalam paper ini, penulis
mengkhususkan pada investasi asing yang berupa Foreign Direct Investment (FDI) oleh perusahaan multinasional (Multinational
Enterprises/ MNEs).
Menurut Krugman (1994), FDI
adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan/
memperluas perusahaannya di negara lain. Sedangkan menurut World Bank (2013), FDI adalah investasi langsung berupa net inflow dari jumlah modal, reinvestasi pendapatan, modal jangka panjang lainnya,
dan modal jangka pendek seperti yang ditunjukkan dalam neraca pembayaran/BoP oleh investor asing. Meningkatkan
FDI menjadi peran penting dalam pembangunan ekonomi setiap negara dan kebijakan
mengundang FDI merupakan salah satu cara sebuah negara khususnya negara sedang
berkembang untuk memenuhi kebutuhan akan teknologi dan modalnya. Di Indonesia, arus FDI yang masuk
relatif meningkat setiap tahun. Pada tahun 2008 jumlah aliran FDI yang masuk ke
Indonesia sebesar US$ 9.318.453.650 tetapi sempat menurun pada tahun 2009
sebesar US$ 4.877.369.178 karena adanya dampak dari krisis perekonomian dunia.
Namun arus FDI kembali meningkat tiap tahunnya hingga tahun 2012 mencapai US$
19.852,569.230.
FDI dipercaya membawa dampak positif
bagi perekonomian domestik. Dampak FDI dapat dibagi menjadi 2 yaitu dampak
langsung yang berupa peningkatan GNP domestik dan dampak tidak langsung. Dampak
tidak langsung dari FDI berupa horizontal
spillover (pengaruh FDI terhadap industri domestik di sektor yang sama) dan
vertical spillover (pengaruh FDI
terhadap industri domestik di sektor yang berbeda). Vertical spillover terdiri dari forward
linkage yang berorientasi pada industri upstream
(customer) dan backward linkage yang
berorientasi pada industri downstream
(supplier).
Menurut Blomstrom, Globerman and
Kokko (2001), dampak positif dari FDI dapat meningkatkan produktifitas
perusahaan domestik dengan 3 cara yaitu teknologi efisiensi, mobilitas tenaga kerja
dan kompetisi. Transfer pengetahuan dan teknologi pada perusahaan domestik terjadi melalui imitasi dari praktek –
praktek yang lebih maju dari MNEs (yang disebut dengan efek demonstrasi). Masuknya MNEs ke pasar luar negeri memaksa perusahaan
domestik untuk mengadopsi teknologi yang lebih baru dan lebih maju agar
mengurangi resiko kehilangan pangsa pasar. Di sisi lain, meningkatnya
produktifitas rata–rata perusahaan domestik menyebabkan hanya beberapa
perusahaan yang dapat bertahan dalam kompetisi (yang disebut efek seleksi). Sedangkan efek kompetisi adalah turunnya
produktifitas industri lokal di sektor yang sama karena MNEs merebut pangsa
permintaan lokal sehingga produksi domestik turun dan merekrut pekerja dengan
kualitas terbaik yang
menyebabkan stok human capital domestik turun.
Lalu
bagaimana mekanisme dari dampak positif atas adanya FDI ini dapat terjadi?
Berdasarkan literatur teoritis dikatakan bahwa ada beberapa mekanisme. Yang pertama,
mekanisme horizontal spillover,
yaitu:
·
Pertama,
dengan adanya FDI, pihak domestik bisa mengupgrade teknologi dengan cara meniru
proses dan produk dari perusahaan asing, juga sistem manajerial dan inovasi keorganisasian.
·
Kedua, karena adanya
kompetisi dengan masuknya MNEs menyebabkan perusahaan domestik menjadi lebih
efisien dalam berproduksi dan
meningkatkan produktifitas domestik.
·
Ketiga, spillover berupa knowledge transfer
yang diperoleh dari perputaran tenaga kerja, misalnya ketika para pekerja
dilatih oleh MNEs
pindah ke perusahaan domestik. Tapi dalam beberapa kasus, pihak asing rela
membayar upah pekerja relatif tinggi untuk mencegah bocornya ke pihak domestik.
·
Keempat, karena
adanya export spillover, perusahaan
domestik dapat mempelajari selera konsumen dan cara memasuki pasar
internasional.
Selanjutnya, mekanisme vertical spillover yaitu:
·
pertama, perusahaan MNEs biasanya menetapkan
syarat mengenai kualitas produk yang tinggi
& pengiriman yang
tepat waktu. Hal tersebut
menuntut perusahaan domestik mengikuti syarat dari MNEs yang menyebabkan meningkatnya produktifitas dari
perusahaan domestik.
·
Kedua, adanya MNEs meningkatkan
permintaan produk antara yang menyebabkan perusahaan domestik akan mencapai
skala ekomomisnya dan menciptakan
perusahaan baru.
PEMBAHASAN
Dalam
paper ini, penulis menggunakan jurnal utama dengan judul “How does fdi inflow affect productivity
of domestic firms ? The role of horizontal and vertical spillovers, absorptive
capacity and competation”. Jurnal
utama ini menggunakan sumber data yang di peroleh dari Poland’s Central
Statistical Office (CSO) dengan menggunakan data panel dalam tahun 1996 – 2003.
Rumusan masalah yang pertama yaitu
pengaruh FDI terhadap horizontal
dan vertical spillover. Hasil estimasinya signifikan dan positif terhadap horizontal spillover dan backward linkage. Maka dengan kenaikan
1% kehadiran MNEs di sektor downstream,
menyebabkan tingkat produktivitas/ output domestik sebesar 0,2% dan productivity gain meningkat sebesar 0,04% (pada sektor sama).
Kemudian untuk rumusan masalah yang kedua yaitu pengaruh FDI terhadap absorptive capacity. Hasilnya signifikan dan positif terhadap vertical spillover pada forward
dan backward linkage. Dengan
hasil ini, maka perusahaan di sektor yang sama mendapatkan manfaat dari adanya transfer teknologi. Rumusan masalah ketiga
yaitu pengaruh FDI terhadap kompetisi. Hasil estimasinya signifikan dan positif terhadap backward linkage. Dengan
ini maka produksi perusahaan domestik menjadi lebih efektif karena persiapan yang
lebih baik dalam menghadapi demand dari MNEs yang meminta kualitas produk yang
baik dan on-time.
Disamping jurnal utama, penulis menggunakan beberapa referensi jurnal
lainnya untuk melihat pengaruh FDI terhadap variabel lainnya.
Kebanyakan studi empiris yang menguji transfer teknologi dari adanya FDI
terhadap industry yang sama (horizontal spillover),
hasilnya negatif dan tidak signifikan. Menurut Blalock, hal itu terjadi karena
transfer teknologi tidak secara langsung mempengaruhi kompetitor lokal, tapi melalui supplier lokal (vertical spillover). Hal tersebut
merupakan strategi MNEs untuk membangun supply
chain yang efektif di cabang mereka. Melalui transfer teknologi ke supplier
lokal, MNEs bisa memperbaiki kualitas dengan naiknya kompetisi antar supplier lokal,
sehingga menurunkan harga input
non-labour. Turunnya harga input supplier lokal menyebabkan produksi mereka
naik dan profit yang lebih tinggi. MNEs rela melakukan transfer teknologi ke
supplier lokal karena manfaat maksimal dari membuka cabang di negara lain bisa
diperoleh jika efisiensi pasar supply
di negara cabang sama dengan atau lebih besar daripada pabrik basis di negara asal.
Seperti
Blalock, hasil penelitian Javorcik juga mengemukakan spillover positif dari perusahaan asing yang masuk terhadap
supplier lokal di sektor upstream. Horizontal spillover (di sektor yang sama) jarang terjadi
karena perusahaan asing mempunyai intensif untuk melindungi teknologi mereka
seperti melalui paten
dan
membayar pekerja lebih tinggi untuk menghindari turnover. Di sisi lain, MNEs
tidak memiliki intensif untuk mencegah kebocoran teknologi di sector upstream (supplier lokal).
Menurut Javorcik, mekanisme kontak
yang terjadi antara perusahaan asing dan supplier lokal terjadi melalui:
·
Transfer pengetahuan
langsung dari pelanggan asing ke supplier lokal
·
Tingkat persyaratan
kualitas produk yang lebih baik dan pengiriman barang yang harus selalu on-time, sehingga memberikan insentif
untuk supplier lokal agar memperbaiki manajemen produksi dan teknologi mereka
·
Masuknya MNEs menaikkan
permintaan untuk produk intermediate, sehingga supplier lokal mendapatkan
manfaat berupa kenaikan skala ekonomi
FDI juga memberikan spillover
terhadap mobilitas tenaga kerja. MNEs mengambil peranan penting dalam
pendidikan pekerja lokal. Studi menunjukkan bahwa MNEs memberikan pelatihan
teknis dan manajerial untuk pekerja lebih banyak daripada perusahaan lokal
(Chen, 1983). Menurut laporan ILO (1992), mobilitas pekerja terlatih dari
perusahaan asing ke perusahaan lokal cukup tinggi meskipun perusahaan asing
berani membayar gaji yang lebih tinggi dalam jenis pekerjaan yang sama.
Hasil estimasi model Fosfuri (1998), menunjukkan bahwa mobilitas
pekerja muncul ketika terjadi ‘joint-profit effect’ atau ‘efficiency effect’.
Jika profit yang didapat MNEs dengan menjadi monopolis lebih besar daripada
profit agregat yang didapatkan jika monopolis dan perusahaan lokal menggunakan
teknologi yang sama, maka spillover
tidak akan terjadi. Sehingga tidak akan terjadi transfer teknologi ke
perusahaan lokal. FDI lebih dipilih daripada ekspor karena lebih menghemat
biaya transportasi, menaikkan pendapatan pemerintah lokal dari pendapatan pajak
dan memberikan informational rents terhadap manajer lokal. Dengan melihat
manfaat yang besar dari spillover
masuknya MNEs, pemerintah lokal dapat menarik masuk FDI dengan cara memberikan
subsidi untuk fixed cost MNEs,
membantu pengeluaran yang berhubungan dengan pelatihan pekerja lokal dan
menaikkan tarif.
Studi oleh Siegmann (2007) menyebutkan
dampak dari masuknya FDI terhadap pasar tenaga kerjadi Indonesia. Penelitian
tersebut berfokus pada komposisi gender dari angkatan kerja, kondisi pekerja
permpuan dan laki-laki dan ketimpangan upah karena gender. Hasil estimasi
menunjukkan bahwa rata-rata MNEs lebih memilih pekerja perempuan dengan gaji
yang lebih rendah. Dengan adanya pertimbangan global competeitive cost, strategi tersebut dianggap rasional oleh
MNEs. Sebaliknya, perusahaan asing dengan teknologi termutakhir cenderung
memilih pekerja yang well-educated
dengan skill teknis yang baik.
Suyanto,
et all (2009) melakukan penelitian di
indonesia pada sektor kimia dan farmasi dengan menggunakan data panel pada
tahun 1988-2000 menunjukkan bahwa ada bahwa ada spillover produktifitas dalam industri kimia dan farmasi di
Indonesia dan hal ini juga menunjukkan adanya persaingan yang memfasilitasi spillover dari kehadiran pihak asing dan
kemajuan teknologi adalah pendorong utama pertumbuhan produktifitas di
industri ini.
Sependapat dengan Suyanto, etentang
adanya spillover dari FDI tetapi Imana,
et all (2005) yang melakukan studi di Indonesia khususnya di kota Batam akibat
adanya beberapa MNEs dari jepang yang mendirikan pabrik di sektor manufaktur di
Batam, ada sifat ganda dari liberalisasi yaitu liberalisasi memberikan
kesempatan backward linkage kepada
perusahaan lokal seperti menambah teknologi baru dan ilmu baru selama
memproduksi bahan yang dibutuhkan MNEs tetapi backward linkage tersebut hanya bisa didapat oleh perusahaan yang
bisa memenuhi standart internasional dan tetap tergantung dengan kesempatan
dari industri lokal.
Penelitian
lain oleh Lipsey, et all (2004) meneliti
mengapa terjadi perbedaan antara banyak penelitian tentang spillover FDI, apakah karena teknik statistiknya ataukah karena
perbedaan tiap negaranya. Penelitian ini berasar dari berbagai penelitian
secara umum tentang wage spillover
dan productivity spillover menyimpulkan
bahwa metode ekonometri bukan merupakan faktor krusial atas perbedaan hasil,
sehingga mengindikasikan yang menjadi penyebab dari perbedaan spillover atas FDI adalah karena perbedaan
negara atau perusahaan masing-masing. Penyebab lainnya adalah daya serap.
Karena daya serap merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan perolehan benefit.
Dalam penelitian sebelumnya mendapatkan hasil positif antara
peningkatan FDI dengan kinerja pabrik di negara Indonesia, sehingga adanya
keuntungan yang diterima dari perusahaan secara individu dengan adanya FDI. Hal
ini dapat disebabkan karena para pekerja domestik yang bekerja pada perusahaan
asing mengumpulkan pengetahuan yang di dapatkan dari perusahaan asing. Kemudian
pekerja tersebut keluar dari perusahaan asing ke perusahaan domestik sehingga
modal manusia meningkat dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan domestik
(mencari produksi baru, produksi, teknik pemasaran dan menerima dukungan teknis
dari perusahaan asing.)
Namun kehadiran
perusahaan asing juga dapat mengurangi produktivitas perusahaan domestik yang
dimiliki, terutama dalam jangka pendek. Jika perusahaan domestik menghadapi
biaya produksi yang tetap, maka perusahaan asing dengan biaya marjinal lebih
rendah daripada perusahaan domestik akan memiliki insentif untuk meningkatkan
produksi relatif terhadap pesaing domestiknya. Produksi yang di hasilkan oleh
perusahaan asing untuk pasar lokal dapat menurunkan permintaan produksi dari perusahaan-perusahaan
domestik. Sehingga perusahaan domestik mengurangi produksinya Jika penurunan
produktivitas perusahaan domestik sangat besar maka hal ini dapat mengurangi /
menurunkan keuntungan (transfer teknologi) dengan adanya FDI.
Dalam penelitian lainnya, pengujian
hubungan spillover pada beberapa
negara lain menghasilkan estimasi yang berbeda-beda. Menurut Aitken, et all
(1996) pada negara Venezuela tidak mempunyai hubungan positif pada horizontal spillover karena
dengan adanya peningkatan kepemilikan dari MNEs berpengaruh negatif terhadap
produktivitas perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh domestik dalam industri
yang sama. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Reganati, et all
(2004) yang meyatakan tidak adanya horizontal
spillovers pada negara Italia tetapi tetap mempunyai hubungan positif dalam
vertical spillover baik dalam forward lingkage maupun backward lingkage. Hubungan positif ini
terutama bagi perusahaan domestik yang di sekitar perusahaan MNEs yang akan
akan menerima manfaat terlebih dahulu spillover
ini dan kemudian meyebar pada perusahaan domestik lainnya.
STUDI KASUS
Dampak dari
suatu kebijakan tidak selalu memeberikan manfaat positif untuk semua pihak. Di
satu sisi, dampak kebijakan bisa membuat beberapa pihak menjadi better off dan di sisi lain ada pihak
yang dirugikan. Kehadiran FDI berupa pabrik pembuatan mobil milik PT Astra
Daihatsu Motor (ADM) di Jawa Barat dianggap mengancam mobil nasional dan
mendapatkan kritik dari banyak pihak, karena:
Kebijakan pemerintah tentang program low cost green car/ LCGC dalam Peraturan
Pemerintah No.41 tahun 2013 tidak konsisten dengan kebijakan yang
dituangkan dalam Inpres No.2 tahun 1996 mengenai program mobil nasional. Sekretaris
Dewan Ekonomi Nasional Aviliani juga
menilai
kebijakan kendaraan low cost green car (LCGC) tidak strategis dengan
kondisi perekonomian yang sedang
memburuk
dan membutuhkan penghematan dalam banyak hal. Meskipun letak pabrik PT ADM berada di Indonesia,
tetapi produksi
LCGC jelas membutuhkan banyak pengeluaran impor. Menurut Aviliani, percuma pemerintah
mengorbankan pertumbuhan ekonomi yang awalnya diarahkan untuk menstabilkan
neraca perdagangan (Tempo,
2013).
Pembebasan pajak barang mewah pada
kendaraan LCGC justru membebani keuangan negara dan memberi keuntungan
yang besar untuk investor asing. Sebaliknya, produk otomotif nasional “FIN
KOMODO” dikenakan pajak barang mewah sebesar 60%.
Tujuan LCGC dianggap salah sasaran. Tujuan awal pemerintah dari program LCGC
adalah membantu infrastuktur masyarakat desa. Realisasinya, konsumen yang
memesan LCGC justru dari kalangan konsumen menengah baru di daerah perkotaan. Pemerintah dinilai membiarkan sistem transportasi buruk dengan tidak
menunaikan kewajiban menambah prasarana dan sarana umum, tapi hanya mendukung
bisnis otomotif.
Menimbulkan dampak
negatif lain yang lebih besar dari manfaatnya, seperti: meningkatnya
kemacetan karena infrastuktur jalan di perkotaan tidak mencukupi untuk tambahan
kendaraan baru sehingga menimbulkan kenaikan biaya social lingkungan, besarnya
potensi penerimaan negara dari pajak yang hilang dan membengkaknya konsumsi BBM.
Sehingga defisit
neraca berjalan jelas akan bertambah karena kenaikan konsumsi bahan bakar
minyak tidak terhindarkan.
Dari studi kasus diatas
dapat disimpulkan bahwa masuknya PT ADM tidak memberikan horizontal spillover yang positif untuk industri serupa
(otomotif) di area domestik.
Keberadaan LCGC justru dianggap mengancam mobil nasional yang merupakan hasil
karya anak negeri. Di sisi lain, keberadaan LCGC terbukti
meningkatkan investasi industri komponen (intermediate
input) dalam negeri. Dari 100 industri komponen domestik yang diharapkan oleh pemerintah,
saat ini sudah terealisasi 70 persennya.
Menteri
Perindustrian M.S. Hidayat menjelaskan program LCGC mendatangkan komitmen
investasi USD 3 milyar dari produsen mobil dan USD 3,5 milyar dari 100 industri
komponen otomotif (JPNN,
2013). Hal tersebut sesuai dengan beberapa literatur yang penulis kumpulkan
dalam paper ini: Masuknya FDI jarang sekali menimbulkan horizontal spillover yang positif, tapi menimbulkan vertical spillover melalui backward linkage (supplier intermediate input domestik).
KESIMPULAN
Dalam penelitian
setiap negara mempunyai perbedaan dalam menguji hubungan adanya spillover dari FDI pada perekonomian
domestik. Dalam tabel 1 dibawah dapat dijelaskan bahwa adanya hipotesis yang
meyatakan bahwa jarang terjadinya horizontal
spillover. Hal ini dikarenakan :
a.
MNEs memprotect intangible assets
mereka melalui hak paten
b.
Memberikan gaji tinggi untuk menghindari turnover pekerja
c.
Perbedaan segmen pasar (Level MNEs cenderung ke upper market)
dan untuk lebih jelasnya mengapa
jarang sekali terjadi spillover
horizontal dapat diketahu dengan menggunakan grafik berikut ini :
Gambar
1.
Adanya spillovers
positif menyebabkan kurva biaya rata-rata perusahaan domestik turun dari AC1 ke
AC0. Namun, dengan masuknya perusahaan asing menyebabkan berkurangnya output
dan kembali ke atas kurva AC1 baru. Efek pada Gambar 1 adalah untuk
meningkatkan biaya total produksi.
Tabel
1
Hasil
Estimasi berbagai negara
Negara
|
Horizontal
Spillover
|
Vertical Spillover
|
|
Backward Linkage
|
Forward Linkage
|
||
Polandia
|
√
|
√
|
-
|
Indonesia
|
-
|
√
|
-
|
Venezuela
|
-
|
X
|
X
|
Italia
|
-
|
√
|
-
|
Lithuania
|
-
|
√
|
-
|
Tabel diatas
memperlihatkan perbedaan dampak (spillover) dari
masuknya FDI. Perbedaan hal tersebut dapat
disebabkan karena adanya :
a) Ukuran kesenjangan teknologi antara perusahaan
domestik dan asing,
b) Tingkat persaingan pasar afiliasi asing,
c) Share kepemilikan,
d)
Kewarganegaraan,
e) Sektor intensitas teknologi.
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa investasi asing tidak
hanya meningkatkan pendapatan nasional, tapi juga memberikan manfaat tambahan
berupa kenaikan produktivitas dan ekspor perusahaan domestik (Moran, 2001).
Tapi, ada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa manfaat tambahan yang
dirasakan dari adanya investasi asing hanya berdampak sedikit terhadap
perusahaan domestik (Hanson, 2000). Kegagalan dalam menemukan manfaat dari
perhitungan ekonometri dikarenakan:
-
Dalam
prakteknya perusahaan multinasional tidak mudah memberi manfaat tambahan
terhadap perusahaan domestik.
-
Manfaat
tambahan bisa jadi merupakan ‘residual’ yang muncul dari persamaan pertumbuhan
ekonomi, tapi metode atau data yang digunakan kurang tepat, sehingga muncul
banyak heterogenitas.
Penjelasan lain untuk
kegagalan menemukan bukti positif spillovers
agregat dalam jangka pendek,
yaitu: Pertama, mungkin ada kelambatan perusahaan domestik untuk belajar dari perusahaan multinasional. Kedua, MNEs mungkin
dapat menjaga keunggulan spesifik
perusahaan mereka untuk mencegah kebocoran ke perusahaan-perusahaan
domestik sehingga tidak ada spillovers terjadi.
Ketiga, dampak positif hanya mempengaruhi sub-set
perusahaan. Keempat, dampak tidak terjadi secara horizontal (yaitu, intra-industry) tetapi melalui hubungan vertical yang tidak terjawab dalam studi spillover konvensional.
SARAN
·
Dalam membuat
kebijakan, pemerintah tidak seharusnya membuat kebijakan yang mendukung
pertumbuhan ekonomi saja. Tapi juga memperhatikan dampak kebijakan terhadap
kesejahteraan masyarakat secara luas serta dampak jangka panjangnya.
Perlunya menggunakan kebijakan secara
umum yang tidak hanya bertujuan menarik investor asing tapi juga bermanfaat
bagi perusahaan domestik.
DAFTAR PUSTAKA
Marcin, Kolasa. 2007. How Does FDI Inflow Affect Productivity of Domestic Firms? The Role Of
Horizontal and Vertical Spillovers, Absorptive Capacity and Competition. The
Journal of International Trade & Economic Development. Vol. 17, No. 1,
March 2008, hal. 155–173.
Suyanto, Ruhul A. Salim dan Harry Bloch. 2009. Does Foreign Direct Investment Lead to
Productivity Spillovers? Firm Level Evidence from Indonesia. World
Development Vol. 37, No. 12, hal 1861–1876.
Imana, Mohamad S. Dan Akiya Nagata. 2005. Liberalization policy over foreign direct
investment and the promotion of local firms development in Indonesia. Technology
in Society 27 (2005), hal 399–411
Lipsey, E. Robert dan Fredrik Sjöholm. 2004. Host Country Impacts Of Inward Fdi: Why Such
Different Answers?. Working Paper No 192.
Javorcik, Beata. 2004. Does Foreign Direct Investment Increase the Productivity of
Domestic Firms? In Search of Spillovers Through Backward Linkages. The
American Economic Review, Vol. 94, No. 3 hal. 605-627.
Görg, Holger dan David Greenaway. 2003. Much ado about nothing? Do domestic firms really benefit from foreign
direct investment. The World Bank Research Observer, Vol. 19, No. 2 hal.
171-193.
Helpman, Elhanan, et al. 2004. Export Versus FDI. The American Economic Review, Vol. 94, No. 1, hal. 300-316.
Fosfuri,
Andrea, et al. 1998. Foreign Direct
Investments and Spillovers Through Workers Mobility. Journal of International Economics, Vol. 53, Issue 1, hal. 205-222.
Karin,
Siegmann. 2007. Globalisation, Gender,
and Equity: Effects of Foreign Direct Investment on Labour Markets in Rural
Indonesia. Proceedings of the German Development Economics Conference No. 30.
Blalock,
Garrick dan Paul Gertler. Welfare Gains from Foreign Direct
Investment through Technology Transfer to Local Suppliers. Journal of
International Economics. Vol. 74, Issue 2, hal. 402–421.
Oki. 2013. 70 Persen
Investasi Komponen Mobil Murah Terealisasi. http://www.jpnn.com/read/2013/09/24/192478/70-Persen-Investasi-Komponen-Mobil-Murah-Terealisasi. Diakses tanggal 24 September 2013.
Damayanti, Ismi. 2013.
Aviliani: Mobil Murah Jelas Blunder. http://www.tempo.co/read/news/2013/09/25/092516421/Aviliani-LCGC-Jelas-Blunder. Diakses tanggal 22 September 2013.
Maaf mau tanya, kalau pengaruh FDI ke pendapatan pemda gimana ya?
BalasHapusAdakah jurnal yg membahas hal tsb. Saya mencari cari belum ketemu untuk referensi internasional.