iklan

Selasa, 15 April 2014

Review Literatur: Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) Terhadap Perekonomian Domestik

PENDAHULUAN
            Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kesatuan pasar yang semakin terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial negara. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif dan masuknya produk–produk global ke pasar domestik, hal ini juga menimbulkan peluang masuknya investasi asing pada perekonomian domestik
            Globalisasi dapat berupa perdagangan antar Negara, migrasi para pekerja dan yang paling penting, investasi asing. Investasi asing merupakan manifestasi terpenting dalam proses globalisasi. Banyak Negara yang melakukan berbagai kebijakan untuk menarik investor asing, dengan harapan dapat memberi pengaruh positif untuk meningkatkan manfaat utama dari kenaikan pendapatan nasional. Dalam paper ini, penulis mengkhususkan pada investasi asing yang berupa Foreign Direct Investment (FDI) oleh perusahaan multinasional (Multinational Enterprises/ MNEs).
            Menurut Krugman (1994), FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan/ memperluas perusahaannya di negara lain. Sedangkan menurut World Bank (2013), FDI adalah investasi langsung berupa net inflow dari jumlah modal, reinvestasi pendapatan, modal jangka panjang lainnya, dan modal jangka pendek seperti yang ditunjukkan dalam neraca pembayaran/BoP oleh investor asing. Meningkatkan FDI menjadi peran penting dalam pembangunan ekonomi setiap negara dan kebijakan mengundang FDI merupakan salah satu cara sebuah negara khususnya negara sedang berkembang untuk memenuhi kebutuhan akan teknologi dan modalnya. Di Indonesia, arus FDI yang masuk relatif meningkat setiap tahun. Pada tahun 2008 jumlah aliran FDI yang masuk ke Indonesia sebesar US$ 9.318.453.650 tetapi sempat menurun pada tahun 2009 sebesar US$ 4.877.369.178 karena adanya dampak dari krisis perekonomian dunia. Namun arus FDI kembali meningkat tiap tahunnya hingga tahun 2012 mencapai US$ 19.852,569.230.
            FDI dipercaya membawa dampak positif bagi perekonomian domestik. Dampak FDI dapat dibagi menjadi 2 yaitu dampak langsung yang berupa peningkatan GNP domestik dan dampak tidak langsung. Dampak tidak langsung dari FDI berupa horizontal spillover (pengaruh FDI terhadap industri domestik di sektor yang sama) dan vertical spillover (pengaruh FDI terhadap industri domestik di sektor yang berbeda). Vertical spillover terdiri dari forward linkage yang berorientasi pada industri upstream (customer) dan backward linkage yang berorientasi pada industri downstream (supplier).
            Menurut Blomstrom, Globerman and Kokko (2001), dampak positif dari FDI dapat meningkatkan produktifitas perusahaan domestik dengan 3 cara yaitu teknologi efisiensi, mobilitas tenaga kerja dan kompetisi. Transfer pengetahuan dan teknologi pada perusahaan domestik terjadi melalui imitasi dari praktek – praktek yang lebih maju dari MNEs (yang disebut dengan efek demonstrasi). Masuknya MNEs ke pasar luar negeri memaksa perusahaan domestik untuk mengadopsi teknologi yang lebih baru dan lebih maju agar mengurangi resiko kehilangan pangsa pasar. Di sisi lain, meningkatnya produktifitas rata–rata perusahaan domestik menyebabkan hanya beberapa perusahaan yang dapat bertahan dalam kompetisi (yang disebut efek seleksi). Sedangkan efek kompetisi adalah turunnya produktifitas industri lokal di sektor yang sama karena MNEs merebut pangsa permintaan lokal sehingga produksi domestik turun dan merekrut pekerja dengan kualitas terbaik yang menyebabkan stok human capital domestik turun.
Lalu bagaimana mekanisme dari dampak positif atas adanya FDI ini dapat terjadi? Berdasarkan literatur teoritis dikatakan bahwa ada beberapa mekanisme. Yang pertama, mekanisme horizontal spillover, yaitu:
·         Pertama, dengan adanya FDI, pihak domestik bisa mengupgrade teknologi dengan cara meniru proses dan produk dari perusahaan asing, juga sistem manajerial dan inovasi keorganisasian.
·         Kedua, karena adanya kompetisi dengan masuknya MNEs menyebabkan perusahaan domestik menjadi lebih efisien dalam berproduksi dan meningkatkan produktifitas domestik.
·         Ketiga, spillover berupa knowledge transfer yang diperoleh dari perputaran tenaga kerja, misalnya ketika para pekerja dilatih oleh MNEs pindah ke perusahaan domestik. Tapi dalam beberapa kasus, pihak asing rela membayar upah pekerja relatif tinggi untuk mencegah bocornya ke pihak domestik.
·         Keempat, karena adanya export spillover, perusahaan domestik dapat mempelajari selera konsumen dan cara memasuki pasar internasional.

Selanjutnya, mekanisme vertical spillover yaitu:
·         pertama, perusahaan MNEs biasanya menetapkan syarat mengenai kualitas produk yang tinggi & pengiriman yang tepat waktu. Hal tersebut menuntut perusahaan domestik mengikuti syarat dari MNEs yang menyebabkan meningkatnya produktifitas dari perusahaan domestik.
·         Kedua, adanya MNEs meningkatkan permintaan produk antara yang menyebabkan perusahaan domestik akan mencapai skala ekomomisnya dan menciptakan perusahaan baru.

PEMBAHASAN
Dalam paper ini, penulis menggunakan jurnal utama dengan judul “How does fdi inflow affect productivity of domestic firms ? The role of horizontal and vertical spillovers, absorptive capacity and competation”. Jurnal utama ini menggunakan sumber data yang di peroleh dari Poland’s Central Statistical Office (CSO) dengan menggunakan data panel dalam tahun 1996 – 2003. Rumusan masalah yang pertama yaitu  pengaruh FDI terhadap horizontal dan vertical spillover. Hasil estimasinya signifikan dan positif terhadap horizontal spillover dan backward linkage. Maka dengan kenaikan 1% kehadiran MNEs di sektor downstream, menyebabkan tingkat produktivitas/ output domestik  sebesar  0,2% dan productivity gain meningkat sebesar 0,04% (pada sektor sama).
Kemudian untuk rumusan masalah yang kedua yaitu pengaruh FDI terhadap absorptive capacity. Hasilnya signifikan dan positif terhadap vertical spillover pada forward dan backward linkage. Dengan hasil ini, maka perusahaan di sektor yang sama mendapatkan manfaat dari adanya transfer teknologi. Rumusan masalah ketiga yaitu pengaruh FDI terhadap kompetisi. Hasil estimasinya signifikan dan positif terhadap backward linkage. Dengan ini maka produksi perusahaan domestik menjadi lebih efektif karena persiapan yang lebih baik dalam menghadapi demand dari MNEs yang meminta kualitas produk yang baik dan on-time.
Disamping jurnal utama, penulis menggunakan beberapa referensi jurnal lainnya untuk melihat pengaruh FDI terhadap variabel lainnya. Kebanyakan studi empiris yang menguji transfer teknologi dari adanya FDI terhadap industry yang sama (horizontal spillover), hasilnya negatif dan tidak signifikan. Menurut Blalock, hal itu terjadi karena transfer teknologi tidak secara langsung mempengaruhi kompetitor lokal, tapi melalui supplier lokal (vertical spillover). Hal tersebut merupakan strategi MNEs untuk membangun supply chain yang efektif di cabang mereka. Melalui transfer teknologi ke supplier lokal, MNEs bisa memperbaiki kualitas dengan naiknya kompetisi antar supplier lokal, sehingga menurunkan harga input non-labour. Turunnya harga input supplier lokal menyebabkan produksi mereka naik dan profit yang lebih tinggi. MNEs rela melakukan transfer teknologi ke supplier lokal karena manfaat maksimal dari membuka cabang di negara lain bisa diperoleh jika efisiensi pasar supply di negara cabang sama dengan atau lebih besar daripada pabrik basis di negara asal.
Seperti Blalock, hasil penelitian Javorcik juga mengemukakan spillover positif dari perusahaan asing yang masuk terhadap supplier lokal di sektor upstream. Horizontal spillover (di sektor yang sama) jarang terjadi karena perusahaan asing mempunyai intensif untuk melindungi teknologi mereka seperti melalui paten dan membayar pekerja lebih tinggi untuk menghindari turnover. Di sisi lain, MNEs tidak memiliki intensif untuk mencegah kebocoran teknologi di sector upstream (supplier lokal).
            Menurut Javorcik, mekanisme kontak yang terjadi antara perusahaan asing dan supplier lokal terjadi melalui:
·         Transfer pengetahuan langsung dari pelanggan asing ke supplier lokal
·         Tingkat persyaratan kualitas produk yang lebih baik dan pengiriman barang yang harus selalu on-time, sehingga memberikan insentif untuk supplier lokal agar memperbaiki manajemen produksi dan teknologi mereka
·         Masuknya MNEs menaikkan permintaan untuk produk intermediate, sehingga supplier lokal mendapatkan manfaat berupa kenaikan skala ekonomi
FDI juga memberikan spillover terhadap mobilitas tenaga kerja. MNEs mengambil peranan penting dalam pendidikan pekerja lokal. Studi menunjukkan bahwa MNEs memberikan pelatihan teknis dan manajerial untuk pekerja lebih banyak daripada perusahaan lokal (Chen, 1983). Menurut laporan ILO (1992), mobilitas pekerja terlatih dari perusahaan asing ke perusahaan lokal cukup tinggi meskipun perusahaan asing berani membayar gaji yang lebih tinggi dalam jenis pekerjaan yang sama.
Hasil estimasi model Fosfuri (1998), menunjukkan bahwa mobilitas pekerja muncul ketika terjadi ‘joint-profit effect’ atau ‘efficiency effect’. Jika profit yang didapat MNEs dengan menjadi monopolis lebih besar daripada profit agregat yang didapatkan jika monopolis dan perusahaan lokal menggunakan teknologi yang sama, maka spillover tidak akan terjadi. Sehingga tidak akan terjadi transfer teknologi ke perusahaan lokal. FDI lebih dipilih daripada ekspor karena lebih menghemat biaya transportasi, menaikkan pendapatan pemerintah lokal dari pendapatan pajak dan memberikan informational rents terhadap manajer lokal. Dengan melihat manfaat yang besar dari spillover masuknya MNEs, pemerintah lokal dapat menarik masuk FDI dengan cara memberikan subsidi untuk fixed cost MNEs, membantu pengeluaran yang berhubungan dengan pelatihan pekerja lokal dan menaikkan tarif.
Studi oleh Siegmann (2007) menyebutkan dampak dari masuknya FDI terhadap pasar tenaga kerjadi Indonesia. Penelitian tersebut berfokus pada komposisi gender dari angkatan kerja, kondisi pekerja permpuan dan laki-laki dan ketimpangan upah karena gender. Hasil estimasi menunjukkan bahwa rata-rata MNEs lebih memilih pekerja perempuan dengan gaji yang lebih rendah. Dengan adanya pertimbangan global competeitive cost, strategi tersebut dianggap rasional oleh MNEs. Sebaliknya, perusahaan asing dengan teknologi termutakhir cenderung memilih pekerja yang well-educated dengan skill teknis yang baik.
Suyanto, et all (2009) melakukan penelitian di indonesia pada sektor kimia dan farmasi dengan menggunakan data panel pada tahun 1988-2000 menunjukkan bahwa ada bahwa ada spillover produktifitas dalam industri kimia dan farmasi di Indonesia dan hal ini juga menunjukkan adanya persaingan yang memfasilitasi spillover dari kehadiran pihak asing dan kemajuan teknologi adalah pendorong utama pertumbuhan produktifitas di industri  ini.
Sependapat dengan Suyanto, etentang adanya spillover dari FDI tetapi Imana, et all (2005) yang melakukan studi di Indonesia khususnya di kota Batam akibat adanya beberapa MNEs dari jepang yang mendirikan pabrik di sektor manufaktur di Batam, ada sifat ganda dari liberalisasi yaitu liberalisasi memberikan kesempatan backward linkage kepada perusahaan lokal seperti menambah teknologi baru dan ilmu baru selama memproduksi bahan yang dibutuhkan MNEs tetapi backward linkage tersebut hanya bisa didapat oleh perusahaan yang bisa memenuhi standart internasional dan tetap tergantung dengan kesempatan dari industri lokal.
Penelitian lain oleh Lipsey, et all (2004) meneliti mengapa terjadi perbedaan antara banyak penelitian tentang spillover FDI, apakah karena teknik statistiknya ataukah karena perbedaan tiap negaranya. Penelitian ini berasar dari berbagai penelitian secara umum tentang wage spillover dan productivity spillover menyimpulkan bahwa metode ekonometri bukan merupakan faktor krusial atas perbedaan hasil, sehingga mengindikasikan yang menjadi penyebab dari perbedaan spillover atas FDI adalah karena perbedaan negara atau perusahaan masing-masing. Penyebab lainnya adalah daya serap. Karena daya serap merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan perolehan benefit.
Dalam penelitian sebelumnya mendapatkan hasil positif antara peningkatan FDI dengan kinerja pabrik di negara Indonesia, sehingga adanya keuntungan yang diterima dari perusahaan secara individu dengan adanya FDI. Hal ini dapat disebabkan karena para pekerja domestik yang bekerja pada perusahaan asing mengumpulkan pengetahuan yang di dapatkan dari perusahaan asing. Kemudian pekerja tersebut keluar dari perusahaan asing ke perusahaan domestik sehingga modal manusia meningkat dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan domestik (mencari produksi baru, produksi, teknik pemasaran dan menerima dukungan teknis dari perusahaan asing.)
            Namun kehadiran perusahaan asing juga dapat mengurangi produktivitas perusahaan domestik yang dimiliki, terutama dalam jangka pendek. Jika perusahaan domestik menghadapi biaya produksi yang tetap, maka perusahaan asing dengan biaya marjinal lebih rendah daripada perusahaan domestik akan memiliki insentif untuk meningkatkan produksi relatif terhadap pesaing domestiknya. Produksi yang di hasilkan oleh perusahaan asing untuk pasar lokal dapat menurunkan permintaan produksi dari perusahaan-perusahaan domestik. Sehingga perusahaan domestik mengurangi produksinya Jika penurunan produktivitas perusahaan domestik sangat besar maka hal ini dapat mengurangi / menurunkan keuntungan (transfer teknologi) dengan adanya FDI.
             Dalam penelitian lainnya, pengujian hubungan spillover pada beberapa negara lain menghasilkan estimasi yang berbeda-beda. Menurut Aitken, et all (1996) pada negara Venezuela tidak mempunyai hubungan positif pada horizontal spillover karena dengan adanya peningkatan kepemilikan dari MNEs berpengaruh negatif terhadap produktivitas perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh domestik dalam industri yang sama. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Reganati, et all (2004) yang meyatakan tidak adanya horizontal spillovers pada negara Italia tetapi tetap mempunyai hubungan positif dalam vertical spillover baik dalam forward lingkage maupun backward lingkage. Hubungan positif ini terutama bagi perusahaan domestik yang di sekitar perusahaan MNEs yang akan akan menerima manfaat terlebih dahulu spillover ini dan kemudian meyebar pada perusahaan domestik lainnya.



STUDI KASUS

Dampak dari suatu kebijakan tidak selalu memeberikan manfaat positif untuk semua pihak. Di satu sisi, dampak kebijakan bisa membuat beberapa pihak menjadi better off dan di sisi lain ada pihak yang dirugikan. Kehadiran FDI berupa pabrik pembuatan mobil milik PT Astra Daihatsu Motor (ADM) di Jawa Barat dianggap mengancam mobil nasional dan mendapatkan kritik dari banyak pihak, karena:
  Kebijakan pemerintah tentang program low cost green car/ LCGC dalam Peraturan Pemerintah No.41 tahun 2013 tidak konsisten dengan kebijakan yang dituangkan dalam Inpres No.2 tahun 1996 mengenai program mobil nasional. Sekretaris Dewan Ekonomi Nasional Aviliani juga menilai kebijakan kendaraan low cost green car (LCGC) tidak strategis dengan kondisi perekonomian yang sedang memburuk dan membutuhkan penghematan dalam banyak hal. Meskipun letak pabrik PT ADM berada di Indonesia, tetapi produksi LCGC jelas membutuhkan banyak  pengeluaran impor. Menurut Aviliani, percuma pemerintah mengorbankan pertumbuhan ekonomi yang awalnya diarahkan untuk menstabilkan neraca perdagangan (Tempo, 2013).
  Pembebasan pajak barang mewah pada kendaraan LCGC justru membebani keuangan negara dan memberi keuntungan yang besar untuk investor asing. Sebaliknya, produk otomotif nasional “FIN KOMODO” dikenakan pajak barang mewah sebesar 60%.
  Tujuan LCGC dianggap salah sasaran. Tujuan awal pemerintah dari program LCGC adalah membantu infrastuktur masyarakat desa. Realisasinya, konsumen yang memesan LCGC justru dari kalangan konsumen menengah baru di daerah perkotaan. Pemerintah dinilai membiarkan sistem transportasi buruk dengan tidak menunaikan kewajiban menambah prasarana dan sarana umum, tapi hanya mendukung bisnis otomotif.
  Menimbulkan dampak negatif lain yang lebih besar dari manfaatnya, seperti: meningkatnya kemacetan karena infrastuktur jalan di perkotaan tidak mencukupi untuk tambahan kendaraan baru sehingga menimbulkan kenaikan biaya social lingkungan, besarnya potensi penerimaan negara dari pajak yang hilang dan membengkaknya konsumsi BBM. Sehingga defisit neraca berjalan jelas akan bertambah karena kenaikan konsumsi bahan bakar minyak tidak terhindarkan.
Dari studi kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masuknya PT ADM tidak memberikan horizontal spillover yang positif untuk industri serupa (otomotif) di area domestik. Keberadaan LCGC justru dianggap mengancam mobil nasional yang merupakan hasil karya anak negeri. Di sisi lain, keberadaan LCGC terbukti meningkatkan investasi industri komponen (intermediate input) dalam negeri. Dari 100 industri komponen domestik yang diharapkan oleh pemerintah, saat ini sudah terealisasi 70 persennya. Menteri Perindustrian M.S. Hidayat menjelaskan program LCGC mendatangkan komitmen investasi USD 3 milyar dari produsen mobil dan USD 3,5 milyar dari 100 industri komponen otomotif (JPNN, 2013). Hal tersebut sesuai dengan beberapa literatur yang penulis kumpulkan dalam paper ini: Masuknya FDI jarang sekali menimbulkan horizontal spillover yang positif, tapi menimbulkan vertical spillover melalui backward linkage (supplier intermediate input domestik).
                                                                                                           


KESIMPULAN

            Dalam penelitian setiap negara mempunyai perbedaan dalam menguji hubungan adanya spillover dari FDI pada perekonomian domestik. Dalam tabel 1 dibawah dapat dijelaskan bahwa adanya hipotesis yang meyatakan bahwa jarang terjadinya horizontal spillover. Hal ini dikarenakan :
a. MNEs memprotect intangible assets mereka melalui hak paten
b. Memberikan gaji tinggi untuk menghindari turnover pekerja
c. Perbedaan segmen pasar (Level MNEs cenderung ke upper market)
            dan untuk lebih jelasnya mengapa jarang sekali terjadi spillover horizontal dapat diketahu dengan menggunakan grafik berikut ini :

Gambar 1.
Adanya spillovers positif menyebabkan kurva biaya rata-rata perusahaan domestik turun dari AC1 ke AC0. Namun, dengan masuknya perusahaan asing menyebabkan berkurangnya output dan kembali ke atas kurva AC1 baru. Efek pada Gambar 1 adalah untuk meningkatkan biaya total produksi.



Tabel 1
Hasil Estimasi berbagai negara

Negara
Horizontal Spillover
Vertical Spillover
Backward Linkage
Forward Linkage
Polandia
-
Indonesia
-
-
Venezuela
-
X
X
Italia
-
-
Lithuania
-
-

            Tabel diatas memperlihatkan perbedaan dampak (spillover) dari masuknya FDI. Perbedaan hal tersebut dapat disebabkan karena adanya :
a) Ukuran kesenjangan teknologi antara perusahaan domestik dan asing,
b) Tingkat persaingan pasar afiliasi asing,
c) Share kepemilikan,
d) Kewarganegaraan,
e) Sektor  intensitas teknologi.
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa investasi asing tidak hanya meningkatkan pendapatan nasional, tapi juga memberikan manfaat tambahan berupa kenaikan produktivitas dan ekspor perusahaan domestik (Moran, 2001). Tapi, ada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa manfaat tambahan yang dirasakan dari adanya investasi asing hanya berdampak sedikit terhadap perusahaan domestik (Hanson, 2000). Kegagalan dalam menemukan manfaat dari perhitungan ekonometri dikarenakan:
-          Dalam prakteknya perusahaan multinasional tidak mudah memberi manfaat tambahan terhadap perusahaan domestik.
-          Manfaat tambahan bisa jadi merupakan ‘residual’ yang muncul dari persamaan pertumbuhan ekonomi, tapi metode atau data yang digunakan kurang tepat, sehingga muncul banyak heterogenitas.
Penjelasan lain untuk kegagalan menemukan bukti positif spillovers agregat dalam jangka pendek, yaitu: Pertama, mungkin ada kelambatan perusahaan domestik untuk belajar dari perusahaan multinasional. Kedua, MNEs mungkin dapat menjaga keunggulan spesifik perusahaan mereka untuk mencegah kebocoran ke perusahaan-perusahaan domestik sehingga tidak ada spillovers terjadi. Ketiga, dampak positif hanya mempengaruhi sub-set perusahaan. Keempat, dampak tidak terjadi secara horizontal (yaitu, intra-industry) tetapi melalui hubungan vertical yang tidak terjawab dalam studi spillover konvensional.


SARAN

·         Dalam membuat kebijakan, pemerintah tidak seharusnya membuat kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi saja. Tapi juga memperhatikan dampak kebijakan terhadap kesejahteraan masyarakat secara luas serta dampak jangka panjangnya.
  Perlunya menggunakan kebijakan secara umum yang tidak hanya bertujuan menarik investor asing tapi juga bermanfaat bagi perusahaan domestik.


DAFTAR PUSTAKA

Marcin, Kolasa. 2007. How Does FDI Inflow Affect Productivity of Domestic Firms? The Role Of Horizontal and Vertical Spillovers, Absorptive Capacity and Competition. The Journal of International Trade & Economic Development. Vol. 17, No. 1, March 2008, hal. 155–173.
Suyanto, Ruhul A. Salim dan Harry Bloch. 2009. Does Foreign Direct Investment Lead to Productivity Spillovers? Firm Level Evidence from Indonesia. World Development Vol. 37, No. 12, hal 1861–1876.
Imana, Mohamad S. Dan Akiya Nagata. 2005. Liberalization policy over foreign direct investment and the promotion of local firms development in Indonesia. Technology in Society 27 (2005), hal 399–411
Lipsey, E. Robert dan Fredrik Sjöholm. 2004. Host Country Impacts Of Inward Fdi: Why Such Different Answers?. Working Paper No 192.
Javorcik, Beata. 2004. Does Foreign Direct Investment Increase the Productivity of Domestic Firms? In Search of Spillovers Through Backward Linkages. The American Economic Review, Vol. 94, No. 3 hal. 605-627.
Görg, Holger dan David Greenaway. 2003. Much ado about nothing? Do domestic firms really benefit from foreign direct investment. The World Bank Research Observer, Vol. 19, No. 2 hal. 171-193.
Helpman, Elhanan, et al. 2004. Export Versus FDI. The American Economic Review, Vol. 94, No. 1, hal. 300-316.
Fosfuri, Andrea, et al. 1998. Foreign Direct Investments and Spillovers Through Workers Mobility. Journal of International Economics, Vol. 53, Issue 1, hal. 205-222.
Karin, Siegmann. 2007. Globalisation, Gender, and Equity: Effects of Foreign Direct Investment on Labour Markets in Rural Indonesia. Proceedings of the German Development Economics Conference No. 30.
Blalock, Garrick dan  Paul Gertler. Welfare Gains from Foreign Direct Investment through Technology Transfer to Local Suppliers. Journal of International Economics. Vol. 74, Issue 2, hal. 402–421.
Oki. 2013. 70 Persen Investasi Komponen Mobil Murah Terealisasi. http://www.jpnn.com/read/2013/09/24/192478/70-Persen-Investasi-Komponen-Mobil-Murah-Terealisasi. Diakses tanggal 24 September 2013.
Damayanti, Ismi. 2013. Aviliani: Mobil Murah Jelas Blunder. http://www.tempo.co/read/news/2013/09/25/092516421/Aviliani-LCGC-Jelas-Blunder. Diakses tanggal 22 September 2013.


1 komentar:

  1. Maaf mau tanya, kalau pengaruh FDI ke pendapatan pemda gimana ya?
    Adakah jurnal yg membahas hal tsb. Saya mencari cari belum ketemu untuk referensi internasional.

    BalasHapus