iklan

Rabu, 24 Juli 2013

ESSAY EVALUASI PROYEK; SURPLUS KONSUMEN HIKSIAN DALAM MENGUKUR WELFARE ECONOMICS

Analisis  dasar tentang  ekonomi  kesejahteraan  pada  prinsipnya  tetap sama  sejak pertama  lahir pada pertengahan 1970-an hingga sekarang. ilmu  ini telah membangun  landasan ilmu  ekonomi  lingkungan serta  analisis  manfaat  biaya.  Karya-karya para ekonom akhir-akhir ini berusaha  mengintegrasikan  konsep-konsep  psikologi,  khususnya  divergensi yang ditemukan  dalam  penggunaan  konsep-konsep Hicks  tentang  variasi-variasi  kompensasi dan  ekuivalen  (compensating  and  equivalent  variations  =  CV  and  EV),  dua  ukuran mengenai  surplus  konsumen. Secara teoretis, kedua ukuran itu hampir sama. Sedangkan dalam praktiknya bahwa ”kesediaan untuk menerima kompensasi” untuk mentolerir kerugian kesejahteraan jauh  melampaui  ”kesediaan  untuk  membayar”  demi  perbaikan  lingkungan  yang ekuivalen (Pearce, 2000b: 1143).
Ekonomi Kesejahteraan (Welfare Ecomics), adalah kajian ilmu ekonomi tentang bagaimana  melakukan  sesuatu  dengan  cara  yang  terbaik,  atau  optimal,  dalam mengunakan  sumber-sumber  yang  terbatas  (Pearce,  2000b:  1141). Sehingga, kuncinya  adalah  “optimalisasi”  dan  ”kesejahteraan  sosial”.  “Optimalisasi” didefinisikan  dalam  pengertian  maksimalisasi  kesejahteraan  sosial. Sedangkan ”kesejahteraan  sosial” diartikan  sebagai  jumlah  kemakmuran  semua  anggota  dari masyarakat  tertentu. Untuk  menyatakan  bahwa kesejahteraan  seseorang  meningkat,  berarti  bahwa  peningkatan  kesejahteraan  seseorang  tersebut  telah  terjadi tanpa  diikuti  dengan makin memburuknya keadaan  kesejahteraan  orang  lain. Dengan demikian,  kesejahteraan  sosial meningkat,  bila  setidak-tidaknya  ada  satu  individu  yang meningkat  kesejahteraannya,  dan  tidak  ada  individu satupun  yang  mengalami  penurunan kesejahteraan  (Pearce,  2000b:  1142).

Kompensasi pada Ekonomi Kesejahteraan
Tetapi pada kenyataannya, pasti ada pihak yang diuntungkan  dan juga  pihak yang dirugikan atas dilaksanakannya suatu proyek dan dalam membandingkan  keuntungan  yang  diperoleh seseorang  dengan  kerugian  yang  diderita  orang  lain  dalam memperoleh  kesejahteraan tersebut terjadi kesulitan. Kalau saja pandangan itu diterima, pasti muncul kesulitan lain untuk merumuskan kriteria perolehan keuntungan dalam hal kesejahteraan sosial  tersebut. Prinsip  yang diambil Kaldor  dalam Welfare Propositions  of Economics and Interpersona Comparisons of Utility (1939) dan Hicks dalam Foundations of Welfare Economics  (1939),  mengemukakan  bahwa;  terdapat  keuntungan  bersih  kesejahteraan sosial  jika mereka  yang memperoleh keuntungan  itu mau mengkompensasikan  sebagian keuntungannya  untuk  orang-orang  yang  menderita  kerugian  dan  tentu  masih  ada  sisa keuntungan yang bisa dinikmatinya. Dengan kata lain bila kompensasi itu terjadi, artinya orang-orang  yang  mengalami  kerugian  akan  diberi  kompensasi  penuh.
Hal ini dapat diringkas sebagai berikut: jika terjadi  perubahan dalam struktur masyarakat yang pemenang mendapatkan begitu banyak keuntungan, mereka mampu mengkompensasi pihak yang dirugikan  dan masih memiliki sesuatu yang tersisa, maka itu adalah perubahan menuju efisiensi yang lebih tinggi, keadaan seperti itu adalah perubahan yang ‘sebenarnya’. Tetapi, jika kompensasi harus dibayarkan, ada satu pertanyaan penting yang harus dijawab dengan  kebijakan ekonomi: jika kompensasi menunjukkan keuntungan bersih, mengapa tidak dibayar oleh pelaku pasar sendiri, oleh kehendak bebas mereka sendiri? Apa kebijakan ekonomi yang diperlukan? Jawabannya adalah tidak jelas, dan mungkin akan membawa kita terhadap barang publik atau konsep lain dari kegagalan pasar.
Asumsi kompensasi di kriteria efisiensi Kaldor-Hicks adalah titik pembeda dengan kriteria Pareto. Berdasarkan kriteria Pareto keadaan yang efisiensi adalah bila tidak ada pihak yang lebih buruk dari sebelumnya (dan setidaknya ada status satu pihak ditingkatkan) yaitu tidak tetap kerugian non-kompensasi. Tapi, dalam kriteria efisiensi Kaldor-Hicks, tidak diperlukan  untuk mengkompensasi kerugian aktual, dan ketika manfaat dari keputusan atau perubahan lebih tinggi dari kerugian.

Kaldor (1939, hal. 550) mengusulkan bahwa apakah ‘kalah’ dari kebijakan tertentu  sebenarnya harus diberikan kompensasi atau tidak, adalah pertanyaan politik yang para ekonom tidak dapat berpendapat ". Hal ini sepertinya salah dalam dua hal:
(1) Perubahan ke posisi yang lebih efisien dari ekonomi berdasar pada  asumsi bahwa kompensasi sebenarnya dibayarkan. Kalau tidak dibayar, perekonomian akan bergeser ke posisi yang  berbeda - sumber daya akan didistribusikan secara berbeda dan menyebabkan perbedaan struktur produksi. Sehingga analisis ekonomi  tidak dikatakan tentang efisiensi suatu posisi baru.
(2) Uji Kaldor-Hicks menjelaskan perbandingan utilitas antar individu bahwa perubahan itu dapat dibenarkan jika manfaat moneter pihak yang untung lebih besar dari hilangnya moneter pihak yang dirugikan. Namun, kita tidak bisa membandingkan tingkat kepuasan sejumlah uang untuk orang yang berbeda.
   Kaldor percaya bahwa "kemampuan" kompensasi adalah kriteria tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan. Dia percaya bahwa kemampuan kompensasi kerugian, apakah kompensasi yang sebenarnya dilakukan atau tidak, sudah cukup untuk utilitas keputusan. Kaldor menambahkan bahwa bidang ekonomi hanya  bertujuan untuk meningkatkan kekayaan, dan memutuskan untuk mengkompensasi kerugian, jika tidak seperti itu  maka bukan merupakan  bidang ekonomi. Para ekonom tidak mampu memecahkan masalah distribusi pendapatan yang sesuai dari sudut pandang ekonomi, karena para ekonom percaya bahwa kompensasi kerugian adalah masalah politik. Hicks menyetujui sudut pandang Kaldor dan tahu jika hilangnya kompensasi merupakan kriteria objektif yang memungkinkan untuk dibuatnya keputusan yang jelas dalam kaitannya dengan tingkat kesejahteraan di masyarakat. Hicks percaya bahwa kompensasi yang sebenarnya adalah masalah kebijakan distribusi kekayaan, bahwa meskipun prinsip-prinsip ekonomi berlaku universal, tetapi tidak mungkin untuk menyatakan validitas universal untuk itu. Tampaknya menawarkan respon untuk bagaimana mendistribusikan kekayaan tidak relevan dengan efisiensi.
Kriteria kompensasi Kaldor-Hicks menjadi sasaran banyak kritik. Scitovsky menunjukkan bahwa jika perubahan besar pada ekonomi cukup untuk menyebabkan berubahnya harga, pihak yang untung bisa mengkompensasi pihak yang rugi setelah adanya perubahan, namun mungkin saja bisa dilakukan kompensasi kepada pihak yang akan diuntungkan sebelum perubahan. Scitovsky menutupi kelemahan  dari kriteria Kaldor-Hicks dengan  mengusulkan  uji ganda  yang  lebih ketat, yaitu:  (a) gunakan  kriteria Kaldor-Hicks untuk menentukan  apakah  perubahan  dari  keadaan awal  ke  keadaan  baru  merupakan  suatu perbaikan, dan  (b)  gunakan kriteria  Kaldor- Hicks  untuk  menentukan apakah perubahan kembali  dari  keadaan baru  ke keadaan lama bukan  merupakan  perbaikan  pula.

Surplus Konsumen Hiksian
Untuk mengukur manfaat dan kerugian ekonomi, kita hanya perlu ukuran kompensasi yang bersedia dibayarkan. Dari hal ini, Hicks berdasar pada definisi surplus konsumen: "Surplus Konsumen adalah ukuran kompensasi yang konsumen butuhkan untuk menjaga mereka pada tingkat yang sama kepuasan seperti sebelumnya, setelah pasokan komoditas itu telah ditarik mundur. "
Mengapa Hicks kembali ke konsep surplus konsumen? Jawabannya dapat ditemukan pada tahun 1939 dalam artikelnya “The Foundations of Welfare Economics”. Dia mulai dari sebuah pernyataan laissez-faire yang tidak lagi diperlukan. Ada situasi di mana perekonomian akan lebih efektif yang tidak dapat dicapai tanpa kebijakan ekonomi yang membawa manfaat bagi beberapa orang tapi menyebabkan kerugian bagi orang lain . Namun, bagaimana kita bisa menilai keuntungannya? Menurut Hicks, jika manfaat yang begitu besar dan semua kerugian masyarakat dapat dikompensasi dan masih ada sesuatu yang tersisa dari re-organisasi, maka akan menghasilkan keuntungan sosial bersih. Karya Hicks ini dimaksudkan untuk membenarkan penggunaan surplus konsumen sebagai alat ekonomi. 
Definisi Hicks telah diperiksa oleh Henderson (1941) yang membuktikan bahwa surplus konsumen Hicks dan Marshall berbeda. Surplus konsumen Marshall terdiri dari variasi penghasilan yang individu yang digunakan untuk membeli kuantitas barang, sementara surplus konsumen Hicks adalah variasi penghasilan yang seorang individu yang digunakan untuk mendapatkan harga asli (untuk sampai ke kurva indiferen asli). Hal ini menyebabkan Hicks untuk mengeksplorasi lebih mendalam untuk menghapus masalah ini:
(1) Hicks membuktikan bahwa surplus Marshall dapat dianggap sebagai kasus khusus dari perbandingan umum dua situasi pasar. (Untuk Marshall, pertukaran tertentu dibandingkan dengan situasi yang tidak membeli sama sekali. Tentunya, ini adalah kasus khusus dari perbandingan dua kemungkinan konsumsi yang berbeda.)
(2) Hicks menunjukkan bahwa perbedaan antara dua situasi pasar dapat diukur melalui ukuran kompensasi bahwa seseorang akan bersedia untuk membayar / menerima untuk dikorbankan / mengorbankan perubahan.
(3) Ia menganalisis perubahan untuk barang normal dan inferior dengan representasi grafis sederhana Hicks kemudian diidentifikasi empat ukuran yang berbeda yang cukup bisa berfungsi untuk evaluasi perubahan pasar, dengan menjawab dua pertanyaan: apakah perubahan terjadi pada harga atau kuantitas, dan apakah digunakan untuk mencapai, atau menghindari perubahan. Hicks akhirnya menamai dengan variasi kompensasi, variasi setara, kelebihan kompensasi dan surplus setara.
Mengapa dalam banyak kasus, Surplus konsumen digunakan untuk mengukur variasi kompensasi dalam penelitian ekonomi padahal hanya bisa menjadi ukuran yang baik dengan asumsi efek pendapatan diabaikan? jawabannya ada dua. Pertama, perhitungan Surplus Konsumen adalah perhitungan sederhana dari variasi kompensasi. Meskipun metode matematika yang canggih telah dikembangkan untuk menurunkan permintaan kompensasi Hicks dari data yang dapat diobservasi, perhitungan Surplus Konsumen sering digunakan sebagai pengganti. Alasan kedua, terletak pada kesederhanaan Surplus Konsumen. Seperti penjelasan grafis polos manfaat dan kerugian menarik banyak ekonom untuk menggunakannya sebagai perangkat heuristik, dan sering digunakan untuk mendapatkan rekomendasi kebijakan yang kuat.
Namun, analisis  surplus konsumen Hicks ini harus didasarkan pada asumsi bahwa kedua belah pihak secara bebas setuju dengan redistribusi. Alasannya jelas: hanya pada saat kontrak bebas, hanya jika A benar-benar setuju dengan redistribusi dan kompensasi, maka pasti bahwa kerugiannya adalah kehilangan keseimbangan dan keuntungan bersih muncul.












DAFTAR PUSTAKA

Svoboda, Miroslav. 2008. History and Troubles of Consumer Surplus. Prague Economic Paper, 3.
Eckstein, Otto. 1961. A Survey of the Theory of Public Expenditure Criteria. ISBN: 0-87014-303-4. Princeton University Press. 1961. pp. 439 – 504.
Bostani, Mostafa dan Alireza Malekpoor. 2012.  Critical Analysis of Kaldor-Hicks Efficiency Criterion, with Respect to Moral Values, Social Policy Making and Incoherence. ISSN 1995-0756. Advances in Environmental Biology. 6(7). pp. 2032-2038.
Darsono. 2009. Analisis Dampak Pengenaan  Tarif  Impor  Kedetai bagi Kesejahteraan Masyarakat. ISSN 1858-122. Jurnal Ilmu-Ilmu  Pertanian. Volume  5,  Nomor  I, Juli.
Walter, Bossert. 1996. The  Kaldor  compensation  test  and  rational  choice. SSD1  0047-2727. Journal of Public Economics 59. pp. 265-276.

Rasmusen, Eric. 2008. Internalities and Paternalism: Applying the Compensation Criterion to Multiple Selves across Time. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar