iklan

Rabu, 24 Juli 2013

REVIEW ARTIKEL ILMIAH BIDANG EKONOMI Analisis Dampak Subsidi Pangan (raskin) Terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dan Sektor Perekonomian Indonesia (Pendekatan Analisis SNSE Indonesia Tahun 2008)


Pangan merupakan kebutuhan dan hak asasi manusia yang utama dan harus mendapat perhatian yang penting. Konsep ini yang mengharuskan pemerintah menjamin ketersediaan dan distribusi beras serta stabilitas harga dengan memberikan harga yang terjangkau bagi golongan masyarakat miskin atau berpendapatan rendah sehingga kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberi subsidi pangan. Subsidi pangan diberikan dalam bentuk penyediaan beras murah untuk masyarakat miskin (raskin) melalui operasi pasar khusus (OPK) beras bulog. Semakin meningkat alokasi APBN Indonesia untuk subsidi pangan mencerminkan masih banyaknya masyarakat yang hidupnya belum sejahtera. Meskipun presentase dan jumlah penduduk miskin cenderung menurun tiap tahunnya tapi jumlahnya masih besar dan kemiskinan tersebut sangat berkaitan erat dengan rendahnya pendapatan masyarakat.
Pendekatan yang digunakan
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis pengaruh kebijakan subsidi pangan terhadap tingkat pendapatan rumah tangga dan pengaruhnya terhadap sektor perekonomian adalah dengan menggunakan Social Accounting Matrix (SAM) atau sering juga disebut Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). SNSE merupakan salah satu perangkat data ekonomi makro yang dapat mengukur masalah pemerataan pendapatan. SNSE dirancang untuk menunjukkan gambaran secara menyeluruh antara struktur produksi, input faktor produksi alokasi pendapatan faktor produksi, komposisi permintaan atas barang dan jasa, serta tabungan sebagai sumber investasi. Untuk mengetahui dampak dari kebijakan subsidi pangan terhadap perubahan tingkat pendapatan rumah tangga maka metode analisis data menggunakan perhitungan pengganda global, matriks pengganda dan estimasi analisis dampak.
1.        Analisis Pengganda Global
Penghitungan matrik pengganda digunakan untuk menangkap seluruh dampak dari perubahan suatu sektor terhadap sektor lain dalam perekonomian. Persamaannya adalah:
Ma = (1-A)-1
Persamaan dt = Ma dX menggambarkan pengganda neraca yang menjelaskan perubahan neraca endogen sebesar Ma unit, akibat perubahan neraca eksogen sebesar 1 unit
2.        Analisis Dekomposisi Multiplier
a.      Pengganda Transfer, menunjukkan pengaruh dari satu blok pada dirinya sendiri
Ma1=   
Dengan MaI dapat diketahui pengaruh injeksi sebuah sektor terhadap sektor lain dalam 1 blok yang sama.
b.        Analisis Pengganda Open Loop, merupakan tekanan dari satu blok ke blok yang lain
Ma2 =     

c.                   Analisis Pengganda Closed Loop, merupakan pengaruh dari suatu blok ke blok yang lain untuk kemudian kembali pada blok semula.
Ma3

d.                  Simulasi Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Indonesia
Untuk mengetahui bagaimana dampak dari adanya pemberian Subsidi Pangan (Raskin) di indonesia terhadap tingkat pendapatan rumah tangga dilakukan analisis dampak yang menggunakan shock sebagai injeksi dalam perekonomian.
X = ( I – A )­­-1 x Y
Keterangan: X= Dampak Injeksi, I= Matriks Identitas, A= Matriks Teknologi, Y= shock

Hasil yang diperoleh
1.      Analisis Pengganda Global
Efek multiplier global terbesar dari pendapatan rumah tangga di Indonesia berada pada golongan rumah tangga pengusaha pertanian. Dan efek multiplier terendah dimiliki rumah tangga bukan angkatan kerja. Artinya, efek multiplier lebih memihak kepada rumah tangga golongan menengah keatas dan meminggirkan golongan bawah dalam pemerataan pendapatan. Sementara peningkatan pendapatan rumah tangga di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh kegiatan yang ada di blok faktor produksi dengan multiplier 2,2415.
2.  Analisis Dekomposisi Multiplier
a.  Analisis Pengganda Transfer
            Angka pengganda transfer terbesar pada golongan rumah tangga pengusaha pertanian  yakni 1,0938 dan terkecil pada golongan rumah tangga bukan pertanian golongan atas di desa sebesar 1,0118. Tetapi tidak ada perbedaan signifikan pada pengganda transfer antar sektor dalam satu blok. Untuk pengganda transfer terbesar yang ada di dalam sektor perekonomian jika subsidi direalisasikan terdapat pada sektor industri kimia, hasil dari tanah liat, semen yakni sebesar 5,7610. Dan yang terkecil adalah sektor listrik, gas dan air minum sebesar 1,9736.

b.  Analisis Pengganda Open Loop
            angka pengganda dari faktor produksi terbesar ditunjukkan oleh rumah tangga bukan pertanian golongan atas di kota sebesar 3,5713 dan yang terendah oleh rumah tangga bukan angkatan kerja di kota sebesar 0,7159. Jika dilihat angka pengganda Open Loop rumah tannga dari sektor perekonomian, angka pennganda jauh lebih kecil dibanding dengan faktor produksi. Pengganda terbesar 0,8737 oleh rumah tangga pengusaha pertanian, dan terendah rumah tangga buruh tani sebesar 0,2126. Jika injeksi subsidi pangan diberikan, sektor perekonomian paling besar angka penggandanya yang berasal dari blok faktor produksi terdapat pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,4325 dan yang terkecil pada sektor pertambangan dan penggalian lainnya sebesar 0,0720.
c.       Analisis Pengganda Closed Loop 
Angka pengganda closed loop setelah kebijakan subsidi pangan terbesar adalah golongan rumah tangga pengusaha pertanian sebesar 2,4793 dan yang terkecil adalah golongan rumah tangga bukan angkatan kerja (BAK) di desa sebesar 1,3008. Untuk angka pengganda close loop  sektor pertanian terbesar terdapat pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 4,2922 dan yang terkecil diperoleh sektor pertambangan dan penggalian lainnya sebesar 1,0350.
3.  Hasil  Simulasi  Dampak  Kebijakan  Subsidi  Pangan  Terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2008

          Setelah terjadi subsidi pangan (raskin) dapat dilihat adanya kenaikan yang cukup besar terhadap pendapatan rumah tangga di Indonesia khususnya bagi rumah tangga buruh pertanian. Kenaikannya sebesar 0,35 persen yaitu dari sebesar Rp. 171.254,15 milyar berubah menjadi Rp. 183.927,47 milyar. Kenaikan tingkat pendapatan terkecil terjadi pada rumah tangga bukan angkatan kerja (BAK) di kota dengan peningkatan hanya sebesar 0,01 persen.
Sehingga berdasarkan hasil perhitungan simulasi dapat diketahui bahwa adanya subsidi pangan (Raskin) akan memberikan dampak peningkatan pendapatan rumah tangga di Indonesia sebesar 0,6 persen, yaitu dari sebesar Rp. 3.643.548,86 milyar berubah menjadi sebesar Rp. 3.665.519,27 milyar. 
Jika dilihat dari komposisi pembentukan share pendapatan rumah tangga masing-masing golongan rumah tangga sebelum dan sesudah adanya injeksi / shock dalam perekonomian yaitu subsidi pangan (raskin) ternyata kondisi awal dan akhir tidaklah jauh berbeda. Perbedaan pada penerimaan rumah tangga sebelum dan sesudah pemberian subsidi pangan (raskin) menunjukkan perbedaan angka yang berkisar 0,5339 persen sampai -0,2007 persen. angka ini sangat berpengaruh signifikan dalam merubah komposisi pembentukan pendapatan rumah tangga Indonesia.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan ternyata rumah tangga yang mendapat efek pengganda terbesar sebagai dampak kegiatan ekonomi setelah direalisasikannya subsidi pangan (raskin) adalah golongan rumah tangga pengusaha pertanian. Dan untuk analisis secara spesifik, adanya subsidi pangan (raskin) menimbulkan efek pengganda terhadap pendapatan golongan rumah tangga pengusaha pertanian yang lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga buruh pertanian sbagai rumah tangga penerima subsidi pangan (raskin).

Pandangan Saya Terhadap Penerapan Subsidi Pangan (Raskin)
Menurut saya, program subsidi pangan (raskin) memang dapat menjadi alat bagi pemerintah untuk menanggulangi kesenjangan di masyarakat saat kondisi perekonomian sedang krisis dan berpotensi sebagai program penanggulangan kemiskinan menyeluruh namun pelaksanaannya memerlukan persiapan, perencanaan yang tepat dan sangat harus diperhatikan masalah yang berkaitan dengan ketergantungan masyarakat terhadap bantuan dari pemerintah dan pemerintah harus memperhatikan beberapa hal berkaitan dengan penerapan program pemberian bantuan keluarga miskin. Pelaksanaan subsidi pangan (raskin) ini juga harus tepat dalam pelaksanaan, contohnya tepat dalam sasaran penerima, tepat jumlahnya, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas dan tepat administrasinya supaya tujuan dapat dicapai dengan maksimal.
Dapat dilihat juga dari hasil penelitian diatas, bahwa sesungguhnya pengadaan subsidi pangan (raskin) tidak sepenuhnya mampu mengatasi masalah kesenjangan pendapatan antar golongan rumah tangga indonesia apalagi dalam mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia dilihat dari penerima subsidi pangan (raskin) yaitu golongan rumah tangga buruh pertanian hanya mendapat efek pengganda yang terbilang kecil daripada golongan rumah tangga pengusaha pertanian.
Menurut saya sebaiknya program subsidi pangan (raskin) diganti dengan pemberian barang kepada masyarakat tetapi tidak secara cuma-cuma, yaitu dengan memberlakukan syarat kepana penerima subsidi contohnya seperti  anak harus sekolah, menggunakan layanan kesehatan masyarakat dan sebagainya. Peserta program hanya boleh mendapat bantuan keluarga bila persyaratan dipenuhi seperti kehadiran anak di sekolah, dan sebagainya. Program ini berhasil dijalankan di Mexico. Bantuan keluarga dipakai sebagai skema indentif agar keluarga miskin berinvestasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan gizi. Program ini dianggap berhasil karena dapat menjangkau sebagian besar penduduk miskin di pedesaan, menurunkan tingkat kesenjangan kemiskinan dan keparahan kemiskinan, meningkatkan kehadiran anak sekolah dan menurunkan angka putus sekolah sekaligus meningkatkan jumlah knjungan ke fasilitas kesehatan


Kelebihan pendekatan Social Accounting Matrix (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).
·         Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) bersifat makro sehingga dapat menjelaskan keterkaitan antar sektor ekonomi, distribusi pendapatan antar kelompok sosial-ekonomi.
·         Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) mampu menjelaskan distribusi pendapatan diantara kelompok faktor dan selanjutnya transmisi pendapatan dari masing-masing faktor ke institusi seperti rumah tangga, perusahaan dan pemerintah.
·         Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dapat menghitung multiplier pendapatan menurut faktor dan institusi.
Kelemahan pendekatan Social Accounting Matrix (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).
·         Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) bersifat statis, yaitu hubungan transaksi dalam model hanya berlaku pada suatu waktu tertentu, dimana angka-angka transaksi diukur.
·         Data-data model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada tahun dicatat transaksi. Sehingga model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) tidak dapat menangkap pengaruh perubahan harga terhadap perekonomian

·         Adamya asumsi dalam analisis angka pengganda dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE), yaitu asumsi sektor produksi sepenuhnya ditentukan oleh permintaan, artinya di semua sektor diasumsikan terdapat kelebihan kapasitas produksi sehingga peningkatan permintaan akan selalu dapat dipenuhi oleh output yang lebih banyak tanpa peningkatan harga. Asumsi tersebut tidak realistis, maka analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) kurang tepat apabila digunakan untuk melakukan prediksi secara akurat, melainkan bermanfaat untuk memperkirakan (arah) dampak dari suatu shock. 

4 komentar:

  1. hi hazindi,
    boleh tau engga artikel lengkapnya?, soalnya perhitungannya kurang jelas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh tau email anda? nanti akan saya kirim

      Hapus
  2. boleh minta juga mba? skalian datanya kalo boleh biar tau cara ngitungnya

    BalasHapus