Pangan
merupakan kebutuhan dan hak asasi manusia yang utama dan harus mendapat
perhatian yang penting. Konsep ini yang mengharuskan pemerintah menjamin
ketersediaan dan distribusi beras serta stabilitas harga dengan memberikan
harga yang terjangkau bagi golongan masyarakat miskin atau berpendapatan rendah
sehingga kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberi subsidi
pangan. Subsidi pangan diberikan dalam bentuk penyediaan beras murah untuk
masyarakat miskin (raskin) melalui operasi pasar khusus (OPK) beras bulog. Semakin
meningkat alokasi APBN Indonesia untuk subsidi pangan mencerminkan masih
banyaknya masyarakat yang hidupnya belum sejahtera. Meskipun presentase dan
jumlah penduduk miskin cenderung menurun tiap tahunnya tapi jumlahnya masih
besar dan kemiskinan tersebut sangat berkaitan erat dengan rendahnya pendapatan
masyarakat.
Pendekatan yang
digunakan
Pendekatan
yang digunakan untuk menganalisis pengaruh kebijakan subsidi pangan terhadap
tingkat pendapatan rumah tangga dan pengaruhnya terhadap sektor perekonomian
adalah dengan menggunakan Social Accounting Matrix (SAM) atau sering juga
disebut Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). SNSE merupakan salah satu
perangkat data ekonomi makro yang dapat mengukur masalah pemerataan pendapatan.
SNSE dirancang untuk menunjukkan gambaran secara menyeluruh antara struktur
produksi, input faktor produksi alokasi pendapatan faktor produksi, komposisi
permintaan atas barang dan jasa, serta tabungan sebagai sumber investasi. Untuk
mengetahui dampak dari kebijakan subsidi pangan terhadap perubahan tingkat
pendapatan rumah tangga maka metode analisis data menggunakan perhitungan
pengganda global, matriks pengganda dan estimasi analisis dampak.
1.
Analisis
Pengganda Global
Penghitungan
matrik pengganda digunakan untuk menangkap seluruh dampak dari perubahan suatu
sektor terhadap sektor lain dalam perekonomian. Persamaannya adalah:
Ma
= (1-A)-1
Persamaan
dt = Ma dX menggambarkan pengganda neraca yang menjelaskan perubahan neraca
endogen sebesar Ma unit, akibat perubahan neraca eksogen sebesar 1 unit
2.
Analisis
Dekomposisi Multiplier
a.
Pengganda
Transfer, menunjukkan pengaruh dari satu blok pada dirinya
sendiri
Ma1=
Dengan
MaI dapat diketahui pengaruh injeksi sebuah sektor terhadap sektor
lain dalam 1 blok yang sama.
b.
Analisis
Pengganda Open Loop, merupakan tekanan dari satu blok ke blok
yang lain
Ma2 =
c.
Analisis
Pengganda Closed Loop, merupakan pengaruh dari suatu blok
ke blok yang lain untuk kemudian kembali pada blok semula.
Ma3
=
d.
Simulasi
Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga
Indonesia
Untuk mengetahui bagaimana dampak
dari adanya pemberian Subsidi Pangan (Raskin) di indonesia terhadap tingkat
pendapatan rumah tangga dilakukan analisis dampak yang menggunakan shock sebagai injeksi dalam
perekonomian.
X
= ( I – A )-1 x Y
Keterangan: X= Dampak Injeksi, I=
Matriks Identitas, A= Matriks Teknologi, Y= shock
Hasil yang diperoleh
1.
Analisis
Pengganda Global
Efek multiplier global terbesar dari
pendapatan rumah tangga di Indonesia berada pada golongan rumah tangga
pengusaha pertanian. Dan efek multiplier terendah dimiliki rumah tangga bukan
angkatan kerja. Artinya, efek multiplier
lebih memihak kepada rumah tangga golongan menengah keatas dan meminggirkan
golongan bawah dalam pemerataan pendapatan. Sementara peningkatan pendapatan
rumah tangga di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh kegiatan yang ada di
blok faktor produksi dengan multiplier
2,2415.
2. Analisis Dekomposisi Multiplier
a. Analisis Pengganda Transfer
Angka
pengganda transfer terbesar pada golongan rumah tangga pengusaha pertanian yakni 1,0938 dan terkecil pada golongan rumah
tangga bukan pertanian golongan atas di desa sebesar 1,0118. Tetapi tidak ada
perbedaan signifikan pada pengganda transfer
antar sektor dalam satu blok. Untuk pengganda transfer terbesar yang ada di dalam sektor perekonomian jika
subsidi direalisasikan terdapat pada sektor industri kimia, hasil dari tanah liat,
semen yakni sebesar 5,7610. Dan yang terkecil adalah sektor listrik, gas dan
air minum sebesar 1,9736.
b. Analisis Pengganda Open Loop
angka
pengganda dari faktor produksi terbesar ditunjukkan oleh rumah tangga bukan
pertanian golongan atas di kota sebesar 3,5713 dan yang terendah oleh rumah
tangga bukan angkatan kerja di kota sebesar 0,7159. Jika dilihat angka
pengganda Open Loop rumah tannga dari sektor perekonomian, angka pennganda jauh
lebih kecil dibanding dengan faktor produksi. Pengganda terbesar 0,8737 oleh
rumah tangga pengusaha pertanian, dan terendah rumah tangga buruh tani sebesar 0,2126.
Jika injeksi subsidi pangan diberikan, sektor perekonomian paling besar angka
penggandanya yang berasal dari blok faktor produksi terdapat pada sektor
industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,4325 dan yang terkecil pada
sektor pertambangan dan penggalian lainnya sebesar 0,0720.
c.
Analisis
Pengganda Closed Loop
Angka
pengganda closed loop setelah
kebijakan subsidi pangan terbesar adalah golongan rumah tangga pengusaha
pertanian sebesar 2,4793 dan yang terkecil adalah golongan rumah tangga bukan
angkatan kerja (BAK) di desa sebesar 1,3008. Untuk angka pengganda close loop sektor pertanian terbesar terdapat pada sektor
industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 4,2922 dan yang terkecil
diperoleh sektor pertambangan dan penggalian lainnya sebesar 1,0350.
3. Hasil
Simulasi Dampak Kebijakan
Subsidi Pangan Terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga di
Indonesia Tahun 2008
Setelah terjadi subsidi pangan (raskin) dapat dilihat
adanya kenaikan yang cukup besar terhadap pendapatan rumah tangga di Indonesia
khususnya bagi rumah tangga buruh pertanian. Kenaikannya sebesar 0,35 persen
yaitu dari sebesar Rp. 171.254,15 milyar berubah menjadi Rp. 183.927,47 milyar.
Kenaikan tingkat pendapatan terkecil terjadi pada rumah tangga bukan angkatan
kerja (BAK) di kota dengan peningkatan hanya sebesar 0,01 persen.
Sehingga
berdasarkan hasil perhitungan simulasi dapat diketahui bahwa adanya subsidi
pangan (Raskin) akan memberikan dampak peningkatan pendapatan rumah tangga di
Indonesia sebesar 0,6 persen, yaitu dari sebesar Rp. 3.643.548,86 milyar
berubah menjadi sebesar Rp. 3.665.519,27 milyar.
Jika dilihat
dari komposisi pembentukan share
pendapatan rumah tangga masing-masing golongan rumah tangga sebelum dan sesudah
adanya injeksi / shock dalam perekonomian yaitu subsidi pangan (raskin) ternyata
kondisi awal dan akhir tidaklah jauh berbeda. Perbedaan pada penerimaan rumah
tangga sebelum dan sesudah pemberian subsidi pangan (raskin) menunjukkan
perbedaan angka yang berkisar 0,5339 persen sampai -0,2007 persen. angka ini
sangat berpengaruh signifikan dalam merubah komposisi pembentukan pendapatan
rumah tangga Indonesia.
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian diatas dapat disimpulkan ternyata rumah tangga yang mendapat
efek pengganda terbesar sebagai dampak kegiatan ekonomi setelah
direalisasikannya subsidi pangan (raskin) adalah golongan rumah tangga
pengusaha pertanian. Dan untuk analisis secara spesifik, adanya subsidi pangan
(raskin) menimbulkan efek pengganda terhadap pendapatan golongan rumah tangga
pengusaha pertanian yang lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga buruh
pertanian sbagai rumah tangga penerima subsidi pangan (raskin).
Pandangan Saya Terhadap Penerapan
Subsidi Pangan (Raskin)
Menurut
saya, program subsidi pangan (raskin) memang dapat menjadi alat bagi pemerintah
untuk menanggulangi kesenjangan di masyarakat saat kondisi perekonomian sedang
krisis dan berpotensi sebagai program penanggulangan kemiskinan menyeluruh
namun pelaksanaannya memerlukan persiapan, perencanaan yang tepat dan sangat
harus diperhatikan masalah yang berkaitan dengan ketergantungan masyarakat
terhadap bantuan dari pemerintah dan pemerintah harus memperhatikan beberapa
hal berkaitan dengan penerapan program pemberian bantuan keluarga miskin.
Pelaksanaan subsidi pangan (raskin) ini juga harus tepat dalam pelaksanaan,
contohnya tepat dalam sasaran penerima, tepat jumlahnya, tepat harga, tepat
waktu, tepat kualitas dan tepat administrasinya supaya tujuan dapat dicapai
dengan maksimal.
Dapat
dilihat juga dari hasil penelitian diatas, bahwa sesungguhnya pengadaan subsidi
pangan (raskin) tidak sepenuhnya mampu mengatasi masalah kesenjangan pendapatan
antar golongan rumah tangga indonesia apalagi dalam mengatasi masalah
kemiskinan di Indonesia dilihat dari penerima subsidi pangan (raskin) yaitu
golongan rumah tangga buruh pertanian hanya mendapat efek pengganda yang
terbilang kecil daripada golongan rumah tangga pengusaha pertanian.
Menurut
saya sebaiknya program subsidi pangan (raskin) diganti dengan pemberian barang
kepada masyarakat tetapi tidak secara cuma-cuma, yaitu dengan memberlakukan
syarat kepana penerima subsidi contohnya seperti anak harus sekolah, menggunakan layanan
kesehatan masyarakat dan sebagainya. Peserta program hanya boleh mendapat
bantuan keluarga bila persyaratan dipenuhi seperti kehadiran anak di sekolah,
dan sebagainya. Program ini berhasil dijalankan di Mexico. Bantuan keluarga
dipakai sebagai skema indentif agar keluarga miskin berinvestasi di bidang
pendidikan, kesehatan, dan gizi. Program ini dianggap berhasil karena dapat
menjangkau sebagian besar penduduk miskin di pedesaan, menurunkan tingkat
kesenjangan kemiskinan dan keparahan kemiskinan, meningkatkan kehadiran anak
sekolah dan menurunkan angka putus sekolah sekaligus meningkatkan jumlah knjungan
ke fasilitas kesehatan
Kelebihan pendekatan Social
Accounting Matrix (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).
·
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)
bersifat makro sehingga dapat menjelaskan keterkaitan antar sektor ekonomi,
distribusi pendapatan antar kelompok sosial-ekonomi.
·
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)
mampu menjelaskan distribusi pendapatan diantara kelompok faktor dan
selanjutnya transmisi pendapatan dari masing-masing faktor ke institusi seperti
rumah tangga, perusahaan dan pemerintah.
·
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)
dapat menghitung multiplier
pendapatan menurut faktor dan institusi.
Kelemahan pendekatan Social
Accounting Matrix (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).
·
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)
bersifat statis, yaitu hubungan transaksi dalam model hanya berlaku pada suatu
waktu tertentu, dimana angka-angka transaksi diukur.
·
Data-data model Sistem Neraca Sosial
Ekonomi (SNSE) dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada tahun dicatat
transaksi. Sehingga model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) tidak dapat
menangkap pengaruh perubahan harga terhadap perekonomian
·
Adamya asumsi dalam analisis angka
pengganda dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE), yaitu asumsi sektor
produksi sepenuhnya ditentukan oleh permintaan, artinya di semua sektor
diasumsikan terdapat kelebihan kapasitas produksi sehingga peningkatan
permintaan akan selalu dapat dipenuhi oleh output yang lebih banyak tanpa
peningkatan harga. Asumsi tersebut tidak realistis, maka analisis Sistem Neraca
Sosial Ekonomi (SNSE) kurang tepat apabila digunakan untuk melakukan prediksi
secara akurat, melainkan bermanfaat untuk memperkirakan (arah) dampak dari
suatu shock.
hi hazindi,
BalasHapusboleh tau engga artikel lengkapnya?, soalnya perhitungannya kurang jelas :)
boleh tau email anda? nanti akan saya kirim
Hapusboleh minta juga mba? skalian datanya kalo boleh biar tau cara ngitungnya
BalasHapusmimawanardani@yahoo.co.id
BalasHapus