BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Perekonomian
Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi
perekonomian global yang masih dibayangi oleh berbagai ketidak-pastian, seperti
prospek pemulihan ekonomi di kawasan Eropa (terutama di negara yang mengalami
krisis hutang, yaitu Yunani, Italia, Irlandia, Potugal dan Spanyol) dan ancaman
jurang fiskal (fiscal cliff) di AS akibat perbedaan sudut pandang dan
kepentingan antara Pemerintahan Barrack Obama (Partai Demokrat) dengan Konggres
yang didominasi oleh Partai Republik, terkait strategi kebijakan untuk
meningkatkan penerimaan negara dari pajak, efisiensi pengeluaran negara
terutama pengurangan pengeluaran untuk perlindungan sosial, serta batasan
hutang dan defisit anggaran pemerintah AS. Krisis tersebut turut berimbas pada
penurunan permintaan eksternal dan perlambatan aktivitas perekonomian di Asia,
termasuk China dan India. Berbagai
permasalahan ekonomi dunia
yang belum sepenuhnya
dapat diatasi ini
mengakibatkan pemburukan ekonomi
global yang telah
terjadi sejak akhir tahun 2011
masih berlanjut di tahun 2012.
Pencapaian
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 ini sesuai dengan yang diperkirakan oleh Bank Indonesia dalam Laporan
perekonomian indonesia tahun 2011 tentang prospek dan tantangan
perekonomian serta arah kebijakan bank indonesia, perekonomian Indonesia pada
tahun 2012 diperkirakan tetap kuat dengan stabilitas makroekonomi yang tetap
terjaga. Meskipun perekonomian global tumbuh melambat, perekonomian Indonesia
diperkirakan masih akan tumbuh relatif tinggi, yaitu sekitar 6,3% - 6,7%.
Selama tahun 2012, nilai tukar
rupiah mengalami depresiasi walaupun volatilitasnya dapat dijaga pada tingkat
yang lebih rendah. Secara rata-rata rupiah terdepresiasi sebesar 6,3% ke Rp9358
per dolar AS dari sebelumnya Rp8768. Sementara itu, secara point-to-point
rupiah melemah sebesar 5,81% dan ditutup pada level Rp9638 per dolar AS dengan
volatilitas yang lebih terjaga sebesar 4,3%.
Dengan penguatan
koordinasi berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah,
inflasi pada tahun 2012 juga diprakirakan terkendali dan berada dalam kisaran
sasarannya yaitu 4,5% + 1%. Penguatan bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial yang terus ditempuh Bank Indonesia
diperkirakan akan mampu mengendalikan tekanan fundamental atas inflasi baik
yang berasal dari harga komoditas internasional maupun dari permintaan domestik
dan ekspektasi inflasi.
Masalah pertunbuhan
ekonomi dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Adapun hasil pertumbuhan ekonomi suatu negara diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan segenap lapisan masyarkat. Perkembangan
ekonomi suatu negara tidak terlepas dari kemampuan pemerintahnya dalam
mengelola nilai tukar mata uangnya. Manajemen nilai tukar yang baik dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, pertambahan lapangan kerja, penurunan kemiskinan dan
terkendalinya inflasi.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana
kondisi perekonomian indonesia secara umum tahun 2012?
2. Bagaimana
tingkat inflasi indonesia tahun 2012?
3. Bagaimana nilai
tukar rupiah indonesia tahun 2012?
1.3
Tujuan
Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi
perekonomian Indonesia secara umum tahun 2012.
2. Untuk
mengetahui tingkat inflasi di Indonesia tahun 2012.
3.
Untuk mengetahui nilai tukar rupiah Indonesia tahun 2012.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Inflasi
Inflasi merupakan
kecenderungan meningkatnya tingkat
harga secara umum dan
terus-menerus. Kenaikan
harga dari satu
atau dua barang
saja tidak disebut sebagai
inflasi, kecuali bila
kenaikan tersebut meluas
kepada (atau mengakibatkan kenaikan)
sebagian besar harga barang-barang lain.
Menurut teori uang klasik, perubahan dalam tingkat harga keseluruhan adalah
seperti perubahan dalam unit-unit ukuran. Karena sesungguhnya kesejahteraan
ekonomi masyarakat bergantung pada harga relatif, bukan pada seluruh tingkat
harga (Mankiw, 2007).
Definisi lain dari
inflasi adalah kenaikan
rata-rata semua tingkat harga semua barang dan jasa dimana kenaikan harga-harga tersebut berlangsung dalam waktu yang
berkepanjangan dan secara terus-menerus. Menurut Milton Friedman, inflasi
merupakan sebuah fenomena moneter yang
selalu terjadi dimanapun
dan tidak dapat dihindari.
Inflasi dikatakan sebagai
fenomena moneter hanya
jika terjadi peningkatan harga
yang berlangsung secara
cepat dan terus-menerus. pendapat ini disetujui oleh banyak ekonom
dari aliran monetaris (Mishkin, 2004).
Menurut Samuelson
(1989) tingkat inflasi
dapat yang ditentukan
dengan menghitung selisih tingkat
harga tahun tertentu
dengan tingkat harga
tahun sebelumnya dan dibandingkan
tengan tingkat harga
tahun ini dan
dikalikan dengan seratus persen.
Perhitungan
inflasi dilakukan melalui dua pendekatan yakni Indeks Harga Konsumen dan
Indeks Harga Produsen
(IHP). Indeks Harga
Konsumen yang dikenal sebagai
IHK atau CPI yang mengukur biaya dari pasar konsumsi barang dan jasa.
Biasanya inflasi didasarkan
kepada harga bahan
pangan, pakaian, perumahan, bahan
bakar minyak, transportasi, fasilitas kesehatan, pendidikan dan komoditi lainnya
yang biasa digunakan
dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat. Sedangkan Indeks
Harga Produsen atau yang
biasa dikenal sebagai PPI
merupakan pendekatan yang digunakan
dalam mengukur tingkat
inflasi berdasarkan biaya produksi
yang dikeluarkan oleh produsen. Indeks
ini berguna karena memberikan
penjelasan yang lebih
baik bagi dunia
usaha (Samuelson,1989)
2.2
Definisi nilai tukar
Nilai tukar adalah harga suatu
mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap
nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997:9). Kenaikan nilai tukar mata uang
dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Ada dua mekanisme nilai,
yaitu mekanisme pasar dan penetapan pemerintah. Jika nilai tukar mata uang
suatu negara dtetapkan berdasarkan mekanisme pasar, maka negara tersebut
dikatakan menganut nilai tukar (kurs) mengambang (floating exchange rate).
Sebaliknya, nilai tukar yang ditetapkan peremintah, maka negara tersebut
menganut nilai tukar (kurs) tetap (fixed exchange rate). Tetapi ada juga negara
yang membiarkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan mekanisme pasar, yang jika
pergerakan nilainya melampaui batas, pemerintah melakukan intervensi. Negara
yang menempuh cara demikian menganut sistem nilai tukar mengambang terkendali
(managed floating exchange rate).
Nilai tukar yang stabil merupakan syarat pokok untuk
tercapainya stabilitas ekonomi makro. Karena dalam dunia nyata selalu ada interaksi
antar sektor riil dengan setor moneter, sehingga ketidakstabilan nilai tukar
mencerminkan ketidakstabilan sektor riil dan atau sektor moneter.
Para ekonom membedakan nilai tukar mata uang domestik
terhadap mata uang asing menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar
riil. Nilai tukar nominal adalah harga relative mata uang dua negara. Sedangkan
nilai tukar riil adalah harga relative barang-barang di kedua negara arau
disebut term of trade. Hubungan antara kedua nilai tukar ini dirumuskan sebagai
berikut (mankiw 2005):
`BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perekonomian Indonesia tahun 2012
Terlihat dalam Grafik
dan Tabel I, dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat
stabil di kisaran 5,5% ± 1% dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11%. Sejak
tahun 2007 hingga 2012, tingkat pertumbuhan hampir selalu di atas 6% dengan
pengecualian tahun 2009 (4,6%) sejalan dengan krisis ekonomi global akibat
kegagalan sektor kredit properti (subprime mortgage crises) dimana
sebagian besar negara bahkan mengalami pertumbuhan minus. Trend tersebut
berbeda bila dibandingkan dengan Singapura yang memiliki tingkat pertumbuhan
rata-rata sebesar 6,55%, namun fluktuasinya sangat tinggi mulai dari 14,7%
(2010) setelah mengalami kontraksi -1,3% (2009). Demikian pula halnya dengan
Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam yang tidak lepas dari imbas krisis global
tahun 2009, sehingga turut mengalami pertumbuhan yang minus. Pertumbuhan
ekonomi Vietnam memang menunjukkan tingkat yang selalu lebih tinggi
dibandingkan Indonesia dari periode 2002 hingga 2010, namun terlihat mulai
mengalami overheating dan melambat pertumbuhannya. Sedangkan Myammar
dengan skala perekonomiannya yang masih terbatas dapat mencapai pertumbuhan di
atas 10% (double digit) pada periode 2002 hingga 2007 dan di masa
mendatang berpotensi untuk terus tumbuh sejalan dengan reformasi dan
keterbukaan politik yang ditempuh oleh Pemerintah Myammar.
Ketahanan
ekonomi Indonesia terhadap imbas krisis keuangan global tidak terlepas dari
karakteristik ekonomi nasional yang ditopang oleh konsumsi domestik dan
pembentukan modal tetap bruto (investasi). Hingga triwulan III-2012 seperti
terlihat dalam Tabel II, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia didominasi oleh
pengeluaran Konsumsi Masyarakat (54,79%), diikuti oleh PMTB (37,58%),
pengeluaran Pemerintah (8,24%). Tekanan pelemahan ekonomi global berimbas pada
penurunan harga komoditas dan pengurangan permintaan dari negara tujuan ekspor,
telah menyebabkan melambatnya kinerja ekspor nasional dan terjadi defisit
ekspor terhadap impor sebesar -0,61% dari PDB. Meskipun kinerja ekspor secara
nominal terus meningkat (23,1% dari PDB), namun kebutuhan impor barang modal
dan bahan baku/antara untuk kebutuhan produksi yang terus meningkat (23,7% dari
PDB) telah menyebabkan neraca perdagangan mengalami defisit (minus).
Inflasi dunia secara
umum tahun 2012 mengaalami penurunan sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia.
Dapat dilihat di grafik 1.2 dan 1.3 penurunan inflsi tersebut sejalan dengan
melemahnya pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada menurunnya
harga-harga komoditas. Melemahnya perekonomian dan rendahnya inflasi mendorong
otoritas moneter di sebagian besar negara mengalihan fokusnya dari pengendalian
inflasi kepada upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
Kinerja perekonomian
pada triwulan III-2012
meningkat 3,21% dibandingkan
triwulan sebelumnya (II-2012), yang berarti lebih besar dibandingkan
peningkatan pada triwulan II-2012 terhadap
triwulan I-2012 sebesar 2,80% (qtq). Komponen PMTB tumbuh sebesar 2,94% (qtq), diikuti Konsumsi
Masyarakat sebesar 2,71%.Sedangkan komponen
pengeluaran yang mengalami
penurunan adalah Pengeluaran Pemerintah (-0,07%), Ekspor (-0,21%) serta Impor (-8,36%). Apabila dibandingkan dengan
triwulan yang sama pada tahun 2011, laju pertumbuhan komponen pengeluaran
PMTB mencapai 10,02%
dan komponen konsumsi
masyarakat mencapai 5,68%.
Dari sisi
lapangan usaha, seluruh
sektor perekonomian Indonesia
pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya (qtq). Pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor Pertanian
(6,15%), sektor Pengangkutan dan Transportasi (4,20%), sektor Industri (3,99%),
dan sektor Konstruksi (3,79%). Sedangkan jika dibandingkan dengan periode
triwulan yang sama tahun
2011 (yoy), maka
terdapat 5 sektor
yang memiliki pertumbuhan melebihi angka pertumbuhan
PDB (6,17%), terutama
sektor-sektor yang padat modal,
seperti: sektor Pengangkutan dan
Komunikasi (10,48%), sektor
Konstruksi (7,98%), sektor
Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan (7,41%), sektor
Perdagangan, Hotel dan
Restoran (6,91%). Sedangkan
sektor yang berpotensi padat karya yang dapat
tumbuh di atas pertumbuhan PDB hanyalah
sektor Industri (6,36%). Di sisi lain sektor
Pertambangan yang padat karya menjadi
satu-satunya sektor yang
mengalami pertumbuhan minus
(-0.09%) akibat dampak
dari penurunan permintaan global.
Data BPS
menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada
triwulan III-2012 bila dibandingkan triwulan
III-2011 tercatat sebesar
6,17% (yoy) dan
secara kumulatif mencapai
sebesar 6,29% bila
dibandingkan periode yang
sama tahun 2011
(ctc). Besaran PDB
atas dasar harga berlaku
secara kumulatif pada
triwulan III-2012 mencapai sebesar
Rp. 6.151,6 trilyun. Bank
Indonesia memperkirakan bahwa
pertumbuhan pada triwulan
IV-2012 akan mencapai 6,2%,
sehingga pertumbuhan untuk keseluruhan
tahun 2012 akan mencapai sekitar 6,3%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
menunjukkan trend yang terus meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Bahkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia sejak triwulan
II-2012 merupakan pertumbuhan terbesar
kedua di Dunia
setelah China yang
meskipun mencatat angka 7,7%
namun trendnya menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (Firmanzah, 2012). Dengan demikian
tingkat pertumbuhan Indonesia
kembali berada di
atas rata-rata tingkat pertumbuhan dunia yang pada tahun
2012 diprediksi sebesar 3,5%
3.2 Tingkat
Inflasi Indonesia tahun 2012
Inflasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalam suatu perekonomian. Dalam ilmu ekonomi,
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga barang-barang secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Stabilitas perekonomian
nasional sepanjang tahun 2012 tercermin pula dari tingkat inflasi yang mencapai
4,3%, atau sedikit di atas tingkat inflasi 2011 (3,8%). Tingkat inflasi yang
stabil di koridor target Pemerintah dan BI (4,5% ± 1%) didukung oleh inflasi
kelompok volatile foods yang rendah dan inflasi inti yang terkendali
dengan rendahnya imported inflation sejalan dengan penurunan harga
komoditas pangan dan energi global. Meskipun ekspektasi inflasi sempat
berfluktuasi akibat wacana kenaikan BBM pada semester awal tahun 2012, namun administered
prices tetap terkendali seiring
dengan tidak adanya kebijakan kenaikan BBM.
Inflasi inti tahun 2012 tercatat rendah sebesar 4,04%.
Rendahnya inflasi inti tersebut didukung oleh terkelolanya permintaan domestik
serta meningkatnya kemampuan sisi produksi dalam merespon permintaan domestik
sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi dalam beberapa tahun terakhir.
Terjaganya utilitas sampai level 70%-75% masih dapat mengimbangi permintaan
yang masih kuat sehingga tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan terhadap
harga. Kondisi tersebut tercermin dari inflasi industri pengolahan yang terjaga
di level yang rendah dan stabil. Selain itu rendahnya inflasi inti disebabkan
oleh rendahnya inflasi dari sisi impor seiring dengan penurunan harga komoditas
akibat perlambatan ekonomi dunia, nilai tukar yang terjaga dan volatilitas
rendah dan kebijakan pemerintah terkait bea impor masuk.
Ekspektasi inflasi Indonesia tahun 2012 secara umum dapat
terkendali dengan baik, meski sempat meninkat pada awal tahun terkait dengan
rencana kenaikan BBM bersubsidi. Hal tersebut sebagaimana tercermin pada beberapa
indikator ekspektasi inflasi seperti hasil survey consensus forecast dan Survey
Konsumen Bank Indonesia (SK-BI) yang pada awal tahun cenderung tinggi namun
secara berangsur-angsur membaik hingga mendekati sasaran inflasi sebesar 4,5%
± 1% pada paruh kedua tahun 2012. Membaiknya ekspektasi
inflasi tersebut tidak terlepas dari penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta penguatan
kordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dan pemerintah yang turut didukung
oleh penguatan strategi komunikasi yang terarah dan berkelanjutan untuk
pembentukan ekspektasi inflasi oleh pelaku ekonomi.
3.3 Nilai Tukar Indonesia tahun 2012
Nilai tukar adalah harga suatu mata
uang terhadap mata uang lainnya atau
nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata
uang lainnya. Terjadinya perdagangan antara kedua negara, akan menimbulkan pertukaran mata uang atau yang
disebut nilai tukar (kurs). Nilai tukar yang menunjukkan harga relatif dari
mata uang antara dua negara disebut sebagai kurs nominal. Nilai tukar yang
dibahas pada publikasi ini adalah kurs nominal
Pada
perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa yang menjadi dasar
utama dalam pasar valuta asing, adanya perubahan harga dalam negeri yang
relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi
pergerakan kurs valuta asing. Nilai tukar sangat dipengaruhi oleh tingkat
inflasi. Satu konsekuensi dari inflasi tinggi adalah mata uang akan mengalami
depresiasi. Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas
mata uang asing. Penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut depresiasi
atas mata uang asing. Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai
tukar valuta asing adalah ekspektasi atau nilai tukar di masa depan. Sama
seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap
berita yang memiliki dampak ke depan
Keadaan
perekonomian dunia yang tidak stabil tahun 2012 ini, menimbulkan ketidakpastian
dalam perkembangan ekonomi dunia. Kondisi perekonomian kawasan Eropa dan Amerika
Serikat (AS) sangat rentan, sehingga
menimbulkan sentimen global bagi investasi yang impact - nya melemahkan
mata uang di negara kawasan Asia.
Selama tahun 2012, nilai tukar
rupiah mengalami depresiasi walaupun volatilitasnya dapat dijaga pada tingkat
yang lebih rendah. Secara rata-rata rupiah terdepresiasi sebesar 6,3% ke Rp9358
per dolar AS dari sebelumnya Rp8768. Sementara itu, secara point-to-point
rupiah melemah sebesar 5,81% dan ditutup pada level Rp9638 per dolar AS dengan
volatilitas yang lebih terjaga sebesar 4,3% (Grafik1.12). terjaganya
volatilitas rupiah tersebut tidak terlepas dari kebijakan bank indonesia dalam
melakukan stabilisasi nilai tukar untuk menjaga volatilitas rupiah pada tingkat
yang rendah.
Tekanan
depresiasi rupiah selama tahun 2012 terutama disebabkan oleh ketidakpastian
ekonomi global dan melebarnya defisit transaksi berjalan. Dari sisi eksternal,
mengemukanya kembali kekhawatiran
terhadap penyelesaian krisis utang dan fiskal di kawasan eropa serta melemahnya
prospek pertumbuhan ekonomi regional dan global sempat memicu penarikan dana
dari investor dalam rangka menghindari resiko dari aset-aset keuangan di
negara-negara emergency market, termasuk Indonesia. Dari sisi domestik,
ketidakseimbangan di pasar valuta asing dalam negeri akibat perlambatan ekspor
di tengah tingginya impor memberikan tekanan pada neraca pembayaran indonesia
(NPI) terutama pada transaksi berjalan yang pada gilirannya menyebabkan
peningkatan tekanan terhadap rupiah. Namun peningkatan modal asing yang cukup
besar baik dalam bentuk investasi portofolio maupun investasi langsung dapat
menahan tekanan depresiasi nilai tukar lanjut. Meningkatnya arus modal asing
yang cukup besar tersebut didukung kepercayaan investor terhadap kondisi
fundamental dan prospek ekonomi indonesia dan perolehan status atau peringkat
layak investasi, faktor risiko yang membaik, dan tingkat imbal hasil dalam aset
rupiah yang masih menarik. (Grafik 1.13 dan 1.14)
Sementara terkait nilai tukar,
kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
dengan memberikan ruang bagi feksibilitasnya sesuai dengan kondisi
perekonomian. Stabilitas nilai tukar tersebut diupayakan dicapai dengan memperhatkan
pencapaian keseimbangan internal dan eksternal perekonomian. Operasi moneter
melalui intervensi secara simetris di pasar valas akan tetap dilakukan untuk
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan didukung oleh pembelian SBN di
pasar sekunder sesuai perkembangan. Mulai Januari 2012, kebijakan stabilisasi
nilai tukar juga akan didukung oleh implementasi kebijakan kewajiban penerimaan
devisa hasil ekspor (DHE) dan devisa utang luar negeri (DULN) di bank
domestk. Untuk pendalaman pasar valas,
Bank Indonesia juga tengah melakukan peninjauan kembali terhadap
ketentuan-ketentuan yang ada untuk memperkaya instrumen di pasar valas yang
dapat digunakan sebagai alat lindung nilai (hedging). Selain itu, Bank
Indonesia akan terus memperkuat kebijakan makropudensial untuk pengendalian
aliran modal asing sehingga mendukung kebijakan nilai tukar tersebut dan
memperkuat stabilitas sistem keuangan, khususnya dari risiko gejolak eksternal.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
·
Perekonomian
Indonesia pada tahun
2012 menunjukkan kinerja
yang cukup baik
di tengah situasi perekonomian
global yang masih dibayang-bayangi oleh
berbagai ketidak-pastian,
seperti prospek pemulihan
ekonomi di kawasan
Eropa. Pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk
keseluruhan tahun 2012 mencapai sekitar
6,3%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan trend yang terus meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga tingkat pertumbuhan
Indonesia kembali berada
di atas rata-rata
tingkat pertumbuhan dunia yang pada tahun 2012 diprediksi sebesar 3,5%
·
Inflasi inti Indonesia tahun 2012
tercatat rendah sebesar 4,04%. Meskipun sedikit
di atas tingkat inflasi 2011 (3,8%). Tingkat inflasi tahun 2012 masih
bisa disebut stabil di koridor target Pemerintah dan
BI (4,5% ± 1%)
·
Selama tahun 2012, nilai tukar
rupiah mengalami depresiasi secara
rata-rata rupiah terdepresiasi sebesar 6,3% ke Rp9358 per dolar AS dari
sebelumnya Rp8768. Tekanan
depresiasi rupiah selama tahun 2012 ini disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global
dan melebarnya defisit transaksi berjalan
4.2 Saran
· Agar Pemerintah dan Bank Indonesia bersama-sama bisa
menjaga potensi yang dimiliki indonesia untuk terus tumbuh dan
mencapai target makro ekonomi Indonesia di tahun depan.
·
Agar Bank Indonesia bisa menjaga
inflasi tetat terkendali pada tingkat
yang rendah dan berada pada kisaran 4,5%
± 1%
·
Agar Bank Indonesia bisa menjaga nilai tukar rupiah agar tidak menembus
angka yang semakin tinggi mengingat kondisi
perekonomian ke depan masih dibayang-bayangi dengan ancaman kenaikan harga minyak dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar